Walaupun Beijing telah meminimalisir piutangnya, Foreign Policy Magazine melaporkan bahwa China berhasil mengungguli World Bank dan International Monetary Fund (IMF) sebagai kreditur terbesar di dunia pada tahun 2017.
Namun Pandemi Covid-19 dan perang antara Ukraina dan Rusia rupanya membuat negara-negara yang berhutang kepada China mengalami kesulitan untuk melunasinya.
Akibatnya, China berupaya untuk memberikan keringanan, pengampunan bahkan restrukturisasi hutang kepada beberapa negara yang mengalami kesulitan keuangan.
Faktanya, kurang lebih 60% pinjaman luar negeri China justru diberikan kepada banyak negara yang perekonomiannya sedang lesu. Angka tersebut juga jauh berbeda di tahun 2010 dengan angka 5% saja.
Banyaknya sorotan kepada China yang seolah menjadi Debt Collector bagi negara miskin, Wang Yi selaku Menteri Luar Negeri China akhirnya angkat bicara bahwa mereka bukan pemasang ‘perangkap’ utang.
Wang Yi mengatakan bahwa program Belt and Road Initiative bukan negara yang sengaja menawarkan utang melainkan proyek untuk membangun kerja sama dengan banyak negara.***