Aksi Kamisan ke-805 kembali Diadakan, Peserta Mengangkat Kartu Merah-Kuning, Apa Maknanya?

16 Februari 2024, 06:56 WIB
Aksi Kamisan ke-805 kembali Diadakan, Peserta Mengangkat Kartu Merah-Kuning /ANTARA/Erlangga Bregas Prakoso

BERITASUKOHARJO.com - Aksi Kamisan ke-805 kembali diadakan pada Kamis, 15 Februari 2024 di depan Istana Negara, Jakarta Pusat sejak pukul 15.00 WIB tepat sehari setelah Pemilu 2024.

Aksi Kamisan merupakan aksi yang dilakukan setiap hari Kamis sejak 18 Januari 2007 dengan tuntutan kepada negara untuk menuntaskan kasus Hak Asasi Manusia (HAM) berat di seluruh Indonesia.

Dikutip BeritaSukoharjo.com dari akun Instagram @aksikamisan pada Jumat, 16 Februari 2024, Aksi Kamisan kali ini mengusung tema “Aksi Kamisan Berdiri, Selamatkan Demokrasi!”.

Peserta aksi yang identik dengan warna hitam ini tetap menyuarakan perjuangannya meski diguyur hujan deras hari ini.

Baca Juga: Cha Eun Woo Debut Solo dengan Album ENTITY! India Eisley Tampil di Video Musiknya, Tonton di Link ini!

Dalam aksinya kali ini, ada aksi unik berupa kartu merah kuning yang diangkat tinggi-tinggi oleh para peserta dengan makna tertentu.

Kehadiran Pemateri Dirty Vote

Dilansir dari tayangan langsung YouTube Jakartanicus, terlihat Feri Amsari dan Bivitri Susanti nampak turut serta menghadiri Aksi Kamisan tersebut.

Dalam kesempatannya berbicara, Feri Amsari menyinggung mengenai film Dirty Vote yang sempat ramai di masa tenang kemarin.

Ia menyampaikan bahwa ia bersama tim bertanggung jawab secara penuh terhadap isi dari film tersebut.

Baca Juga: Tipe-Tipe Ibu dalam Mengelola Keuangan dan Jenis Investasi yang Cocok, Anda Termasuk yang Mana?

“Saya, Mbak Bibip (Bivitri), Mas Uceng (Zainal Arifin), Mas Dhandy, dan tim bertanggung jawab dengan film itu bahwa itu bukti kebenaran, bahwa itu melalui riset ilmiah. Sampai detik ini penguasa tidak pernah membantah substansinya,” ucapnya.

Bivitri Susanti juga turut menyampaikan orasinya. Ia mengajak peserta Aksi Kamisan untuk membuka pikiran mengenai pandangan terhadap hasil quick count yang dihubungkan dengan demokrasi.

“Demokrasi itu bukan kuantitas. Demokrasi bukan angka. Mau 52 persen kek, mau 70 persen kek,” ujarnya secara tegas.

Tak hanya mereka, Sumarsih selaku ibunda Wawan, korban kasus pelanggaran HAM Tragedi Semanggi I turut menghadiri Aksi Kamisan dan menyuarakan pesannya yang ditujukan kepada pemerintah.

Baca Juga: Sudah Mengurangi Makanan Berlemak tapi Masih Obesitas? Coba Cek 4 Pola Hidup yang Salah Berikut ini

Kartu Merah Kuning

Setelah mendengarkan berbagai orasi dari beberapa pihak, Aksi Kamisan dilanjutkan dengan performance art.

Penampilan tersebut diawali dengan seorang pemuda laki-laki yang meniupkan peluitnya seraya keluar dari gerombolan.

Ia nampak menguraikan beberapa kain putih yang terikat di belakang kepalanya secara satu persatu tanpa berhenti meniupkan peluit.

Tiupan peluit berhenti, ia melanjutkannya dengan memainkan suling. Percakapan monolog dengan bahasa daerah pun mulai ia sampaikan?

Baca Juga: Analisis Media Sosial Silent Majority dengan Hasil Quick Count Pemilu 2024, Berikut Makna dan Sejarahnya

Ia mulai menari dan terlilit dengan kain putih itu sambil menyuarakan slogan Aksi Kamisan yaitu “Jangan Diam! Lawan!”

Narator menjelaskan bahwa adegan tersebut merepresentasikan tentang kondisi demokrasi dan penegakan hak asasi manusia yang sedang sakit parah.

Tepat setelah sosok pemuda tersebut membungkuk, peserta mulai mengangkat kartu kuning yang telah disiapkan. Peluit kembali ditiupkan, baik oleh sang aktor maupun oleh beberapa peserta lain.

Berbeda dengan peserta lainnya, Sumarsih maju ke tengah sambil membawa payung dan mengangkat kartu berwarna merah dengan tinggi.

Baca Juga: KPU Ungkap Keputusan Mendebarkan: 668 TPS akan Gelar Pemungutan Suara Ulang, Rakyat Menjadi Kunci Kebenaran

Narator menjelaskan kembali bahwa simbol kartu merah menunjukkan bahwa orang yang memiliki jejak berdarah terhadap penegakkan HAM tidak dapat memimpin negara apalagi diharapkan dapat menyelesaikan kasus HAM.

Dikutip dari akun Instagram @bangsamahardika, aksi simbolik kartu berwarna kuning dan merah merupakan simbol perlawanan yang ditujukan kepada pemerintah.

“Kartu kuning-merah kepada pemerintah menjadi simbol atas pembiaran pelanggaran HAM dan kecurangan yang dilakukan dengan mengobrak-abrik konstitusi demi keuntungan sendiri yang menyebabkan kerugian masyarakat dan degradasi demokrasi,” tulisnya.***

Editor: Klara Delviyana

Tags

Terkini

Terpopuler