Elit Politik Tebar Pesona Lewat Baliho Besar-besaran, Pengamat: Bukan dapat Simpati, malah Cibiran dan Makian

- 10 Agustus 2021, 17:19 WIB
Baliho Puan Maharani terpampag di dekat Jembatan Kleco, perbatasan Kecamatan Laweyan, Kota Solo dan Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
Baliho Puan Maharani terpampag di dekat Jembatan Kleco, perbatasan Kecamatan Laweyan, Kota Solo dan Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. /Sukoharjo Update/Nanang Sapto Nugroho/

Adi menyebut, sebetulnya elite politik pasang baliho adalah perkara biasa, etis, dan mesti dilakukan untuk publikasi dan sosialisasi diri.

Namun, menjadi paradoks karena baliho yang tersaji sekarang lebih mirip ‘benda mati’ yang tak memahami kondisi rakyat di tengah pandemi Covid-19.

Baca Juga: Ribuan Orang di Karanganyar Rela Mengantri Vaksinasi Lintas Agama yang Digelar Muhammadiyah

Beda ceritanya kalau selain pasang baliho, para elite melakukan langkah nyata.

Contohnya, para elite politik menginstruksikan semua kader partainya untuk membuka kantor partai, dari pusat hingga daerah, untuk membantu rakyat terdampak pandemi Covid-19.

”Meski tak bisa membantu langsung, setidaknya pengurus partai bisa membantu memudahkan akses terhadap kesehatan dan bansos. Elite yang pasang baliho dipastikan makin dapat simpati karena dianggap dewa penolong, bukan lagi cemoohan,” ucapnya.

Baca Juga: Ingat, Kemenag Stop Terbitkan Buku Nikah Fisik Mulai Agustus Ini

Pengamat komunikasi dari Universitas Indonesia Firman Kurniawan juga menilai sama.

Nama-nama yang sekarang mampir di hadapan publik lewat bentuk baliho di tiap sudut jalan itu sedang berusaha memperkenalkan diri.

Akan tetappi, jika itu ditujukan untuk mendongkrak popularitas di Pilpres 2024, tentu perjalanannya masih sangat jauh.

Halaman:

Editor: Bramantyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah