Yakin Thrifting Aman? Ini 7 Risiko dan Ancaman Memakai Pakaian Bekas Impor, Nomor 6 Bikin Merinding

25 Maret 2023, 04:14 WIB
Risiko dan ancaman memakai pakaian bekas impor /Pixabay/StockSnap.

BERITASUKOHARJO.com – Beberapa masyarakat beramai-ramai mendukung kegiatan thrifting yang diyakini aman tanpa risiko dan ancaman selama memakai pakaian bekas hasil impor.

Bersamaan dengan hal itu, pemerintah melarang menjual pakaian bekas impor atau thifting karena dianggap mempunyai risiko dan ancaman yang tidak aman bagi pemakainya.

Selain berdampak negatif pada lingkungan, budaya thrifting atau memakai pakaian bekas impor sangat berisiko dan tidak aman karena dapat menimbulkan ancaman pada kesehatan.

Berikut BeritaSukoharjo.com telah merangkum dari berbagai sumber tentang risiko dan ancaman negatif dari thrifting atau memakai pakaian bekas impor yang tidak aman bagi pembelinya.

Baca Juga: Buntut Drama Perundungan, Netizen Malah Geram kepada Selena Gomez karena Membela Hailey, Ada Apa?

1. Ancaman Infeksi Parasit

Menurut sebuah jurnal dari National Library of Medicine dengan judul Second-Hand Clothe, a New Threat for Acquiring Parasitic Infection, pakaian bekas bisa menimbulkan infeksi parasite pada kulit pemakainya.

Resiko penyakit dan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pakaian bekas diantaranya seperti infeksi mikroba, bakteri, jamur dan virus.

Beberapa penyakit kulit yang bisa menyerang manusia dari pemakaian baju thrift antara lain adalah dermatitis, kudis dan penyakit jamur lain yang menular.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2023 Jakarta dan Sekitarnya Hari Ini, Sabtu, 25 Maret 2023

2. Berisiko Terkena Penyakit Menular

Sumber dari Punch Healthwise berdasarkan pemaparan Asosiasi Medis negara Nigeria menyebutkan bahwa ada bahan-bahan yang berbahaya yang kemungkinan tumbuh pada pakaian bekas.

Tidak hanya penyakit menular dari pemilik pakaian sebelumnya, tapi pakaian thrift impor yang dikirim ke nagara berkembang pasti melalui perjalanan panjang.

Pakaian bekas yang dikirim untuk diimpor tersebut berada dalam pengemasan melalui kapal dan penerbangan yang memungkinkan tersimpan dalam gudang atau kontainer lebih lama pada suhu lembab dan dingin.

Lantaran pakaian bekas yang dikirim tersebut tersimpan cukup lama, besar kemungkinan jamur dan bakteri akan berkembang dan menjadi aktif pada kain tersebut yang bisa menimbulkan penyakit kulit pada pemakainya nanti.

Baca Juga: Resep Indomie Ramen yang Simple dan Enak, Cocok untuk Hidangan saat Sahur

3. Mengandung Penyakit Berbahaya

Sering kali untuk mengatasi bau kurang enak dari pakaian bekas untuk dijual, para pedagang baju thrifting memberikan parfum, wewangian dan pengawet.

Bahan kimia untuk mengawetkan pakaian thrifting bisa menyebabkan alergi, atopic dan ruam-ruam jika terkena kulit secara langsung melalui media kain.

Lantaran bahan pengawet yang digunakan para pedagang tersebut juga belum jelas, ada kekhawatiran yang bisa menyebabkan pertumbuhan jamur dan bakteri seperti cacing maupun kutu yang justru tumbuh pada pakaian.

Baca Juga: Resep Menu Sahur Olahan Mie Instan yang Super Lezat dan Praktis, Bisa Jadi Stok Frozen Food Juga

4. Adanya Virus dan Mikroba

Menurut para ahli berdasarkan laman Islamic Republic News Agency dijelaskan bahwa ada dua jenis penyakit kulit yang bisa ditularkan melalui pakaian bekas yaitu infensi mikroba dan infeksi virus.

Mikroba dan jamur yang melekat pada pakaian bisa menimbulkan penyakit selulitis jika terkena kulit pemakainya dan berisiko berbahaya sampai tidak dapat disembuhkan.

Sementara itu, penyakit karena infeksi virus dari pakaian bekas diantaranya yaitu kutil, herpes, simplex dan maloscum.

Baca Juga: Wajib Tahu! Berikut Niat Zakat Fitrah Lengkap Beserta Arti dan Penjelasannya, Simak di Sini!

5. Penjual Tidak Pernah Mencuci dan Sterilisasi

Sumber dari Hannepin US menyebutkan bahwa para pedagang toko thrift tidak mencuci dan membersihkan pakaian bekas yang mereka jual.

Hal itu juga percuma untuk dilakukan karena pakaian bekas tidak seperti pakaian baru.

Pakaian bekas jika terkena tangan manusia yang sedang memilih barang pasti langsung tertempel oleh bakteri dan berisiko menular pada orang lain.

Baca Juga: Bolu Kukus Mekar Coklat Tanpa Mixer, Soda Kue, dan Emulsifier! Praktis Hanya Diaduk untuk Ide Jualan Takjil

6. Tidak Dapat Dicuci Seperti Biasa

Fakta lain yang mencengangkan adalah infeksi mikroba dan infeksi virus yang berada pada pakaian bekas tidak bisa dihilangkan dengan cara dicuci biasa dengan tangan dan mesin cuci.

Hal ini terjadi karena mikroba dan virus yang tertinggal pada pakaian bekas baru bisa dihilangkan dengan cara khusus didesinfeksi melalui proses antiseptik yang baik dan tepat.

Dengan adanya kondisi ini, sangat disarankan untuk tidak menggunakan pakaian bekas atau thrifting karena infeksi mikroba dan infeksi virus tidak bisa dihilangkan dengan cara pembersihan rumahan.

Baca Juga: 3 Ide Menu Sahur yang Simpel dan Ekonomis, Cocok Untuk Tanggal Tua, Simak Resep Lengkapnya

7. Sebagian Hasil dari Sumbangan

Badan amal seperti Goodwill atau Salvation Army ternyata tidak menyumbangkan semua pakaian bekas yang masuk.

Menurut data dari Wild Electric, pakaian bekas yang masuk kepada badan amal tersebut hanya 0,1% saja yang disumbangkan dan didaur ulang.

Beberapa pakaian justru dijual dan hanya 30% saja yang berhasil dibeli oleh masyarakat. sisanya berakhir di TPA untuk dibakar atau mungkin dibuang di negara berkembang.

Bisa dibayangkan seperti apa bentuknya pakaian-pakaian bekas sumbangan yang telah dipilah justru masuk ke Indonesia dan terjual lalu dipakai oleh masyarakat.

Itulah beberapa poin penting tentang risiko dari thrifting atau memakai pakaian bekas impor bagi pembeli. Dampak negatif sebaiknya dihindari untuk menjaga diri dan orang sekitar dari penyakit menular.***

Editor: Nurulfitriana Ramadhani

Tags

Terkini

Terpopuler