Pertapan Ajisaka, Tempat Mengasah Ketajaman Indra Keenam Kaum Indigo

- 3 Maret 2022, 21:19 WIB
Para kaum indigo melakukan prosesi ritual di pintu gerbang, sebelum memasuki pertapaan Ajisaka
Para kaum indigo melakukan prosesi ritual di pintu gerbang, sebelum memasuki pertapaan Ajisaka /Sukoharjoupdate/Herry Honggo

SUKOHARJOUPDATE – Bekas tempat bertapanya tokoh legendaris Ajisaka (pencipta huruf Jawa) ini sering digunakan tirakat atau ziarah kaum indigo. Disana para kaum indigo itu melakukan meditasi,guna untuk mendapatkan ketajaman indra keenamnya.

“Para kaum indigo ini tidak hanya datang dari wilayah Solo Raya saja, tetapi juga dari luar kota, bahkan luar pulau” Suhardi, penunggu pertapan Ajisaka.

Memang, selain para indigo juga banyak yang melakukan prosesi ritual disini, baik untuk ngalab berkah maupun mencari tuah Ajisaka. Mereka meyakini lokasi tersebut sangat mustajab akan terpenuhi kehendaknya.

Baca Juga: Diserbu Warga, 4.800 Liter Minyak Goreng Operasi Pasar Pemkab Sukoharjo Ludes Dalam Sekejap

Diketahui, Ajisaka sebagai tokoh leluhur ketika masih hidup, termasuk orang terhormat, utamanya bagi orang Jawa. Selain Ajisaka, tokog legendaris yang menciptakan Huruf Jawa, ternyata juga memiliki kadigjayaan yang pilih tanding, pada masa kejayaan Kerajaan Medangkamulan yang dikuasai Prabu Dewata Cengkar, tokoh yang bengis dan suka memangsa manusia.

Area pertapan ini berada di Dukuh Nayan, Desa Kalangan, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten. Ya, disini Ajisaka melakukan Tapa Brata (bertapa) sebelum memerangi dan Dewata Cengkar.

Pertapan Ajisaka kasebut, terletak di sebidang tanah yang dikelilingi tembok (Beteng) yang terbuat dari batu alam warga hitam. Didalam beteng itu penuh dengan ornament ukiran patung khas Pulau Bali.

Baca Juga: Bertahan Enam Hari di Pengungsian, Warga Pasaman Sumbar Korban Gempa Sebagai Kembali ke Rumah

Hal ini sehubungan dengan penemuannya, sebab bekas Pertapaan Ajisaka ini pertama kali ditemukan oleh seorang winasis (pertapa spiritual tingkat tinggi), seorang pemangku adat Bali yang bernama Pandhita Mpu Nabe Raka Darmika Sandhi.

“Area pertapan ini, sebelumnya merupakan tanah kosong yang dianggat wingit dan angker, bahkan sering mencelakai dan mati mendadak hewan piaraan milik penduduk disini” ceritanya.

Sebab sering terjadi kejadian yang aneh-aneh dan mengkawatirkan dan musibah secara terus menerus, sehingga dianggap angke warga setempat. ki mbiyene sawijine lemah kosong sing dianggep angker lan wingit.

Baca Juga: Polisi Karanganyar Pantau Empat Pura Besar di Lereng Gunung Lawu Saat Nyepi

Dengan demikian area itu dibiarkan kosong, tidak warga yang berani mendekat. Akibatnya, tumbuh subur pepohonan liar dan tambah kelihatan angker.

“Namun setelah ditemukan Mpu Nabe dan digunakan untuk bertapa dan dibangun
bersama beberapa pemangku adat dari Pulau Bali, kini menjadi bermanfaat dan digunakan oleh kaum Indigo untuk mempertajam jiwa dan fikirannya dalam mengetahui tanda-tanda zaman di masa depan” pungkasnya. ***

Editor: Bramantyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah