Apakah Benar Awal Ramadhan 1444 H Jatuh pada 23 Maret 2023? Simak Penjelasan Ini dan Link Live Streamingnya

22 Maret 2023, 07:38 WIB
Ilustrasi: Apakah Benar Awal Ramadhan 1444 H Jatuh pada 23 Maret 2023? /Antara/Akbar Nugroho Gumay/

BERITASUKOHARJO.com – Hari ini, 22 Maret 2023 Kementerian Agama akan mengadakan sidang isbat penentuan 1 Ramadhan 1444 H. Sidang ini akan dilakukan secara offline di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kemenag.

Sidang isbat ini akan mempertimbangkan informasi dari hasil perhitungan secara astronomis (hisab) dan hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan (rukyatul) hilal dalam penentuan awal Ramadhan 1444 H.

Penentuan perhitungan hilal ini memiliki perubahan yaitu, semula kriteria berdasarkan tinggi minimal 2 derajat dan elongasi atau jarak sudut bulan ke matahari minimal 3 derajat serta umur bulan minimal 8 jam. Namun, saat ini berdasarkan tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.

Baca Juga: Auto Jadi Supplier! Bikin Mutiara Boba Sendiri Pakai Resep dari China, Bisa Buat Ide Jualan Takjil 2023

Perubahan itu telah disepakati oleh sejumlah Menteri Agama di Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang melakukan pengkajian ulang terhadap cara penentuan awal bulan hijriah untuk puasa dan lebaran.

Dikutip BeritaSukoharjo.com melalui laman resmi Portal Informasi Indonesia pada 22 Maret 2023, kriteria MABIMS ini berdasarkan hasil pengamatan atau rukyat global, yaitu dari ketinggian hilal dan elongasi, serta aspek fisis rukyatul hilal.

Peneliti astronomi dan astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin menjelaskan, “Ada potensi kesamaan penetapan awal Ramadhan 1444 Hijriah. Itu dapat terjadi apabila saat maghrib 22 Maret 2023 di Indonesia posisi bulan sudah memenuhi Neo MABIMS yaitu kriteria 3-6,4 dan hilal. Sehingga seragam bahwa 1 Ramadhan 1444 Hijriah jatuh pada 23 Maret 2023”.

Baca Juga: Daftar List Menu Makanan Pilihan Buat Buka Puasa Selama 1 Bulan Mendatang, Berikut Lengkapnya

Namun, kriteria NEO MABIMS itu hanya merupakan salah satu persyaratan untuk terjadinya unifikasi kalender hijriah. Hal lain yang akan dijadikan pertimbangan yaitu melalui pendekatan multidisiplin fiqih, astronomi, dan sosial politik.

Peneliti astronomi dan astrofisika BRIN lain, Abdul Mufid menyampaikan, “Kajian astronomi berkontribusi pada usulan kriteria visibilitas hilal. Secara umum, untuk memprediksi visibilitas hilal, parameter berikut sering digunakan yaitu umur bulan, selisih waktu terbenam matahari dan bulan, elongasi, beda tinggi (ARCV), beda azimut (DAZ), dan tebal hilal.”

“Setidaknya ada tiga persyaratan untuk mewujudkan kalender Islam yang mapan, misalnya ada kesepakatan batasan wilayah keberlakukan (nasional atau global), ada kesepakatan otoritas tunggal yang menetapkannya, dan ada kriteria yang disepakati,” ungkap Mufid.

Baca Juga: Ini dia 7 Fakta dari Aktor Jung Sung II, Aktor Terkenal di Drama Korea The Glory yang sedang Trending

Oleh karena itu, penetapan awal Ramadhan 1444 H masih tetap akan menunggu hasil rukyatul hilal yang akan dilakukan di 124 lokasi titik di seluruh Indonesia. Hasil pengamatan akan dijadikan pertimbangan dalam sidang isbat awal Ramadhan 1444 H.

Sidang isbat awal Ramadan 1444 H ini akan dipimpin Menag Yaqut Cholil Qoumas, lalu akan ada Duta Besar Negara Sahabat, Komisi VIII DPR RI, Mahkamah MUI, BMKG, BIG, Bosscha ITB, Planetarium, Pakar Falak dari lembaga / instansi / ormas islam.

Pengamatan hilal ini bisa diikuti oleh masyarakat Indonesia secara online melalui link live streaming: https://hilal.bmkg.go.id/. Informasi data hisab hilal dapat dicek pada infografis dan hasil pengamatan oleh BMKG akan dilaporkan pada sidang isbat. ***

Editor: Klara Delviyana

Tags

Terkini

Terpopuler