BERITASUKOHARJO.com - Penggunaan antibiotik harus dilakukan dengan sesuai petunjuk dokter. Jika dikonsumsi sembarangan, antibiotik bukannya menyembuhkan penyakit, tetapi justru menimbulkan berbagai masalah kesehatan, awas bahaya!
"Tidak semua penyakit harus diberi antibiotik, maka dari itu bila ada gejala sakit dan sudah berusaha memberikan pengobatan mandiri dan belum sembuh sebaiknya dikonsultasikan ke tenaga kesehatan terdekat," ujar dr. Oktora.
Efek samping atau efek setelah minum antibiotik secara sembarangan yang sering muncul tergantung pada jenis dan dosis obat, serta respon tubuh pengguna masing-masing.
Dilansir BeritaSukoharjo.com dari wawancara eksklusif dr. Oktora Wahyu Wijayanto, Sp.A, M.Kes, berikut beberapa akibat dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
1. Resistensi Antibiotik
Resistensi merupakan akibat yang paling serius dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
Menurut dr. Oktora, pada saat antibiotik digunakan secara berlebihan atau tidak tepat, maka bakteri akan berkembang biak dan mengembangkan mekanisme untuk menghindari efek antibiotik tersebut.
Hal ini membuat antibiotik menjadi kurang efektif atau bahkan tidak efektif sama sekali ketika diperlukan untuk mengobati infeksi serius.
"Resistensi antibiotik merupakan ancaman global bagi kesehatan manusia karena dapat mengakibatkan sulitnya mengobati infeksi yang sebelumnya dapat diatasi dengan antibiotik." lanjut dr. Oktora.
Maka, diperlukan antibiotik dari generasi lain untuk melakukan pengobatannya.
2. Timbulnya beberapa Efek Samping
Efek samping dapat timbul akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional, seperti gangguan pencernaan, alergi, atau bahkan kerusakan organ.
Ketika antibiotik digunakan tanpa indikasi yang jelas, risiko efek samping ini meningkat.
3. Meningkatnya Biaya Kesehatan
Antibiotik terutama yang bermerk mempunyai kecenderungan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan obat yang lain. Menurut dr. Oktora, Penggunaan antibiotik yang tidak perlu dapat meningkatkan biaya pengobatan.
Pasien mungkin harus membayar lebih banyak untuk obat-obatan yang tidak diperlukan, dan bila ada pasien yang dirawat di rumah sakit dan sudah terjadi resistensi antibiotik maka rumah sakit akan mengeluarkan dana lebih untuk mengatasinya, seperti diperlukan untuk pemeriksaan kultur bakteri dan pemakaian antibiotik yang lebih tinggi golongannya.
4. Merusak Bakteri Baik Alami Tubuh
Antibiotik di dalam tubuh tidak hanya membunuh bakteri penyebab infeksi, tetapi juga dapat membunuh bakteri baik alami dalam tubuh, termasuk bakteri baik yang membantu dalam pencernaan dan perlindungan terhadap infeksi.
Kerusakan pada bakteri baik ini bisa mengakibatkan akibat pada kesehatan jangka panjang.
5. Infeksi Nosokomial Meningkat
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional bisa juga terjadi di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
Menurut dr.Oktora, hal tersebut akan meningkatkan risiko infeksi nosokomial (infeksi yang diperoleh di rumah sakit/fasilitas kesehatan). Ini dapat menyebabkan tingkat kesulitan meningkat dalam pengobatan infeksi dan meningkatkan risiko komplikasi.
"Sebagai masyarakat umum, hendaknya lebih bijaksana dengan penggunaan obat-obatan terutama antibiotik," himbaunya.
Kondisi seperti resistensi antibiotik cukup menyulitkan bagi dokter atau tenaga medis di fasilitas kesehatan, yang akan merugikan bagi pasien sendiri karena tentu saja akan meningkatkan biaya perawatan.
Walaupun saat ini biaya kesehatan dibiayai BPJS, akan tetapi hal tersebut tetap ada batasnya dan akan menjadi masalah bagi dokter dan pasien serta bagi negara..
Contohnya, jika terdapat tanda-tanda lain yang menyertai seperti demam, kesulitan bernapas, atau masalah dengan pola makan.
Jika anak Anda mengalaminya yang berkepanjangan atau gejala yang mengkhawatirkan, segera konsultasikan dengan dokter anak untuk evaluasi dan pengobatan yang sesuai.
Dokter akan membantu mengidentifikasi penyebab batuk dan meresepkan perawatan yang tepat. Semangat, salam sehat! ***