WASPADA! Lingkungan Kotor Bisa Datangkan Penyakit Frambusia, Ini Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya

- 20 September 2023, 16:02 WIB
Ilustrasi - ini Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya Penyakit Frambusia
Ilustrasi - ini Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya Penyakit Frambusia /Freepik/tescka1/

BERITASUKOHARJO.com - Lingkungan yang kotor dan tidak higienis dapat menjadi tempat berkembangnya berbagai penyakit menular, salah satunya adalah frambusia.

Artikel ini membahas dengan mendalam tentang penyakit frambusia, yang kerap kali diabaikan tetapi bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk.

Frambusia, juga dikenal sebagai penyakit pian, adalah infeksi bakteri kronis yang bisa menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan tubuh.

Lalu, seperti apa gejala yang harus diwaspadai, penyebab, serta tindakan pencegahan yang bisa diambil untuk melindungi diri? Berikut rangkuman BeritaSukoharjo.com dari dr. Ambar Aliwardani, Sp.DV dari RSUD Bung Karno Surakarta.

Baca Juga: PENTING! Ini 5 Penyebab Tersering Batuk pada Anak, Ternyata Cara Penanganannya Berbeda, Orang Tua Wajib Tahu!

"Frambusia merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum pertenue, nama lain dari penyakit ini adalah patek, puru, pian, buba, dan parangi," jelas dr. Ambar Aliwardani, Sp.DV.

Penyakit frambusia bisa sangat berbahaya jika tidak diobati dengan tepat, bahkan penderita bisa mengalami kecacatan.

Frambusia dapat ditularkan melalui kontak kulit dengan luka terbuka, perantara lalat, atau melalui barang-barang yang terkontaminasi oleh luka tersebut. Penyakit ini terutama mempengaruhi kulit, tulang, dan jaringan lunak.

Orang-orang yang berisiko tertular penyakit frambusia adalah mereka yang tinggal di daerah dengan sanitasi yang buruk dan akses terbatas terhadap perawatan medis.

Baca Juga: UNIK! Sulap 3 Botol AQUA Bekas Menjadi Aquarium dan Pot Bunga, Begini Cara Membuatnya

Penyakit frambusia umumnya lebih umum terjadi di daerah endemis, orang yang jarang mandi atau mandi tanpa sabun, anak berusia 6-10 tahun, dan orang yang saling bertukar pakaian.

Frambusia memiliki beberapa stadium perkembangan. Stadium 1 terjadi dalam 3 minggu sampai 3 bulan setelah terjadi kontak dengan penderita, ditandai dengan benjolan, luka, dan cairan kekuningan yang tidak nyeri. Biasanya terjadi di kaki atau wajah.

Selanjutnya, stadium laten dini terjadi selama 2 setengah sampai 4 bulan yaitu fase tanpa gejala aktif. Fase ini sangat menular dimana bakteri telah masuk dalam saluran darah dan kelenjar getah bening.

Setelah itu, stadium sekunder terjadi selama 2 sampai 5 tahun setelah terjadinya kontak dengan penderita, ditandai dengan koreng baru, demam, dan penebalan pada telapak kaki.

Baca Juga: Ternyata Modal Galon Bekas Le Minerale Bisa Jadi Tempat Sampah Cantik Ini, Pasti Makin Rumah Makin Rapih

Lalu, stadium laten lanjut terjadi 5-15 tahun setelah terjadinya kontak, periode tanpa gejala yang tidak menular.

Stadium tersier adalah fase parah dengan benjolan yang merusak jaringan kulit dan tulang, serta keropos pada hidung dan benjolan pada sendi.

Untuk mencegah frambusia, penting untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan, mandi dua kali sehari dengan sabun, hindari pertukaran handuk atau pakaian, menjaga lingkungan bersih, menghindari kontak dengan penderita, dan segera mengobati mereka yang telah kontak dengan penderita.

***

Editor: Klara Delviyana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x