Tak heran, ia menyisipkan sindiran terhadap kondisi saat itu, baik dari segi politik maupun kehidupan sosial.
Setelah kesuksesan film pertama, dia menerbitkan film-film lainnya, salah satunya ialah Lewat Djam Malam (1954).
Meskipun ia selalu mempertahankan mutu film yang diproduksinya, tapi masih saja sedikit peminatnya. Hal itulah yang membuat PERFINI perlahan di ambang kebangkrutan.
Untuk mengatasi hal tersebut, ia memproduksi film hiburan secara komersial, seperti Tiga Dara (1956), Delapan Pendjuru Angin (1957), dan Asmara Dara (1958).
Namun, bukan sambutan baik yang didapat, melainkan cercaan kalangan komunis sebagai pengkhianat bangsa dan antek Amerika.
Meskipun begitu, ia tetap konsisten memproduksi filmnya hingga ada salah satu film yang yang sukses mendapatkan penghargaan dalam Festival Film Internasional Moskow tahun 1961 yang berjudul Pedjoeang (1960). Namun, kesuksesan film tersebut belum mampu menutupi hutang PERFINI.
Pada tahun 1962, ia bersama Asrul Sani mendirikan LESBUMI (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia) dalam organisasi NU dan menjabat sebagai ketua umum.