Baca Juga: Gabungan Mapala UNS Mengadakan Bersih Danau UNS dan Tabur 1.000 Benih Ikan
Salah seorang peserta, Novi Daniar (33 tahun) yang menyandang disabilitas di bagian kaki, mengaku awalnya hanya menjahit di rumah. Dengan mengikuti kegiatan di WPS ini, dirinya mengaku sangat senang karena bisa bertemu dan bercanda dengan kawan-kawan yang lain sesama nasib.
Di sini, Novi selain membatik, juga diberi tanggungjawab mencampur warna dengan takaran tertentu, agar dihasilkan warna yang diinginkan.
"Untuk membatiknya mudah, hanya diciprat-ciprat saja. Tapi saat mencampur obat pewarnaan (remasol) yang agak susah. Karena takarannya harus pas," kata Novi.
Baca Juga: Mantap! UGM Peringkat Satu Indonesia Universitas Terbaik Versi 4ICU
Peserta lainnya, Paulus Cahyo (30 tahun), sebelumnya sudah belajar membatik sibory dengan bahan kaos putih yang sudah jadi di Rumah Sakit Jiwa Wedi, Klaten.
Kini setelah berkumpul dengan teman-temannya dan berkreasi, Cahyo merasa lebih percaya diri dan tambah semangat.***