Kisah Mistis Pendaki Gunung Lawu, Diikuti Sosok Prajurit Hingga Bertemua Alvi Pendaki Hilang di Pasar Setan

- 31 Januari 2022, 22:23 WIB
Gunung Lawu
Gunung Lawu /Sukoharjoupdate/Bramantyo

SUKOHARJOUPDATE - Gunung yang ada di Pulau Jawa tak pernah lepas dari cerita-cerita mistik menyeramkan, termasuk satu diantaranya Gunung Lawu.

Dari kisah mistik yang dipercaya masyarakat sekitar, Gunung yang memisahkan dua Provinsi, Jawa Tengah dan Jawa Timur dan termasuk kedalam Seven Summits of Java (Tujuh Puncak Pulau Jawa) inilah yang paling kental cerita mistik hingga saat ini.

Kemistisan Gunung yang dahulunya bernama Wukir Mahendra ini pun dirasakan semua pendaki yang pernah mendaki hingga ke puncak Gunung yang memiliki ketinggian 3.265 meter dpl ini.

Baca Juga: Kisah Pasutri Asal Jatiyoso Karanganyar, 15 Tahun Makan Umbian Untuk Mewujudkan Mimpi Bersujud di Depan Kabah

Kali ini kemistisan Gunung Lawu dirasakan Ali Sude pendaki asal Garut, Jawa Barat. Seperti yang dilihat sukoharjoupdate.com di kanal Youtube Besok Pagi, Senin 31 Januari 2022, Ali Sude menceritakan kembali kejadian yang dia alami bersama reka-rekannya saat mendaki ke puncak Gunung Lawu pada bulan Desember akhir 2019.

Diawal cerita, Ali Sude mengatakan dirinya bersama ketiga rekannya memang memiliki niat untuk naik ke puncak Gunung Lawu. Karena mereka memiliki rencana untuk naik, maka selama dua bulan lamanya, mereka berempat merencanakan pendakian.

"Saya, dan ketiga rekan saya, Adelina, Pena dan Ikhsan itu selama 1-2 bulan merencanakan dengan matang pendakian. Mulai kapan berangkat, sampai Solo ngapain, jalur awal pendakian dimana, tempat istirahan, tempat menginap di atas hingga jalur turun lewat mana,"papar Ali Sude divideo tersebut.

Baca Juga: Bacalah Bacaan Ini Maka Syaiton Disekitarnya Akan Menjadi Kecil Seperti Lalat Ungkap Ustad Khalid Basalamah

Setelah waktu yang ditentukan, mereka pun berangkat menuju Tasikmalaya. Dari terminal Tasik, mereka menuju ke Solo. Sebelum naik ke puncak, mereka berhenti terlebih dahulu di teman mereka yang ada disekitaran kampus UMS, pabelan, Kartosuro, Sukoharjo.

Setelah mengutarakan tujuannya, keesokan harinya, keempatny diantar temannya semasa kuliah yang tinggal di sekitar Kampus UMS ke Cemoro Sewu.

"Kami memilih mendaki melalui jalur Cemoro Sewu untuk naik. Dan turunnya kami turun di jalur Cetho,"terang Ali.

Baca Juga: Waspada Penyebaran Omicron Imbas Imlek, Satgas Covid-19 Sukoharjo Bakal Bubarkan Acara Jika Tak Sesuai Prokes

Menurut Ali, saat di jalur pendakian Cemoro Sewu ini, tiba-tiba rekannya bernama Pena menyampaikan pada dirinya kalau tengah datang bulan. Awalnya Ali mengaku bingung saat mendengar itu. Karena mereka telah sampai di tempat pendakian.

"Terus saya bilang, ya sudah tidak apa-apa. Selama kita berpikir positif, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa,"ungkapnya.

Setelah mengisi perut dan mendftar di posko pendakian, tepat pukul 9.00 WIB, keempatnya memulai pendakian. Perjalan menuju puncak berjalan aman.Pos 1 lancar dilalui, begitu pula di pos 2 juga lancar.

Baca Juga: Lima Model Bus di Indonesia Sebelum Era Milinial, Mana yang Pernah Kamu Naiki?

Setibannya di Pos 3, keempatnya memutuskan untuk beristirahat. Mereka pun beristirahat di pos 3 untuk sekedar makan dan minum. Usai istirahat, kedua rekannya ijin untuk tidur sebentar.

"Kami tiba di pos 3 sekira pukul 13.00 WIB.Setelah makan,Pena dan Adelina meminta ijin untuk istirahat. Kami pun istirahat selama beberapa menit. Jam 3 kami pun berangkat lagi menuju puncak,"terangnya.

Setelah beristirhat kembali di Pos 4, merekapun berangkat menuju ke pos 5. Sesampainnya di pos lima, mereka pun mencari tempat untuk berkemah. Namun rencana itu batal setelh melihat cuca saat itu mendung. Karena hujan pasti turun, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirhat di sebuah warung.

Baca Juga: Video Bocah Ditemani Sang Ibu Menunggu Kedatangan Bus Ayahnya Dipinggir Jalan Untuk Bertemu, Viral di Medsos

Di warung itu, merek bertemu dengan rombongan lain asal Pasuruan yang mengajak mereka berkenalan. Setelah hujan reda, mereka berempat termasuk dengan rombongan yang baru dikenalnya itupun mendirikan tenda disekitar warung. Pagi hari, sekira pukul 5.00 WIB, mereka,ungkap Ali, berangkat menuju ke puncak.

"Ya,seperti umumnya pendakian, saat berhasil sampai dipuncak itukan mengekspresikan kegembiraan. Kami pun berfoto-foto di puncak selama 1 jam,"ungkapnya.

Setelah puas mengabdikan momen di puncak Gunung Lawu, mereka pun mampir di warung Mbok Yem.Kebetulan, Ali ingin sekali makan pecel. Ali ingin merasakan sensasi makan pecel di warung tertinggi di Dunia.

Baca Juga: Wow..Selama Sebulan Solo Uji Bus Kota Low Deck, Ramah Untuk Difabel

Usai beristirahat di warung tertinggi didunia, mereka pun memutuskan untuk turun. Namun saat hendak turun, hujan pun turun cukup lebat.Akhirnya mereka menunda untuk turun.

Setelah hujan reda, sekira pukul 15.30 WIB, mereka mulai turun menuju jalur pos Candi Cetho. Disinilah perjalanan mistis mereka mulai. Menurut Ali, saat turun, kabut turun. Takut terjadi sesuatu, mereka pun memutuskan berjalan seperti mengantri membeli tiket, sambil tetap berpegangan. Apalagi jarak pandang 10 sampai 15 meter.

Diakui Ali, suasana beda saat memasuki lokasi yang disebut Pasar Dieng atau dikenal dengan nama pasar setan. Ali mengaku bulu kuduknya merinding. Meski hanya melihat tumpukan bebatuan, namun ali seperti mendengar bil dilokasi itu banyak orang dan cukup ramai.

Baca Juga: Paundra Putra Mangkunegara IX Unggah Foto Santai Makan Malam Lesehan di Malioboro

Namun Ali tetap berpikir positif. Ali hanya beranggapa apa yang dirasakan karena suasana saat itu gelap sekali. Sehingga muncul perasaan seperti yang dirasakan.

Namun sebelum memasuki area yag disebut Bulak Peperangan, saat dijalan menurun dan tikungan, Ali melihat ada sosok remaja laki-laki berdiri 200 meter dari tempatnya.

"Wajahnya tidak begitu pucat meski agak putih dan remaja itu menggunakan baju warna abu. Dia dibawah pohon, tapi tangannya tidak kelihatan. Saya pikir itu seorang pendaki yang lagi buang air kecil,"ungkapnya.

Baca Juga: Heboh Akun Mengaku Paundra Ingatkan Bhre Tak Ambisi Duduki Tahta Mangkunegaran

Awalnya dugaan yang dilihatnya adalah pendaki yang tengah buang air kecil benar saat bertemu dengan rombongan pendaki beristirahat di lokasi Bulak Peperangan.

Karena ingin cepat sampai posko induk, mereka tidak beristirahat dan tetap terus melewati rombongan yang lagi istirahat. Sesampainya di pos 4 setelah Bulak Peperangan, mereka pun istirahat. Apalagi saat itu bertepatan dengan waktu maghrib.

Kemudian perjalanan dilanjutkan hingga Pos 3. Di Pos 3 dekat sumber mata air, tiba-tiba Adelina rekannya bilang pada dirinya kalau pena mendadak berubah.

Baca Juga: Deretan Empat Pemain Volly Proliga Mampu Bikin Mata Kaum Adam Tak Berkedip

Saat didekati, benar saja rekannya itu memandang sinis kearahnya. Ali baru tersadar bila temannya itu kerasukan, dari bahasannya. Meski berbahasa sunda, Ali paham, bila rekannya itu tidak bisa berbahasa sunda dengan alus.

Setelah tersadar, mereka pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan saat itu juga. Dan di pos 2 mereka beristirahat lagi. Setelah itu kembali berjalan menuju pos 1. Saat perjalanan menuju ke pos 1, setelah bertemu rombongan pendaki asal Madiun yang hendak naik, Pena, ungkap Ali, itu tiba-tiba seperti ada yang mendorong.

Pena kembali kerasukan dan merancu dengan berbagai bahasa. Akhirnya mereka memutuskan untuk menandu pena menuju pos 1. Ali mengaku saat itu tangan pena ada yang menarik kearah jurang.

Baca Juga: Segini Kocek yang Harus Dikeluarkan Persis Solo Bila Jadi Pinang Gelandang Serang Persebaya Taisei Marukawa

Dirinya berusaha menarik tangn pena kembali ke posisinya. Tak lama kemudian, gantian kaki pena yang ditrik. Sempat tarik menarik antara Ali dan sesuatu yang tak terlihat.

khirnya mereka tiba di Pos 1 dan berusaha menyadarkan Pena. Pena pun tersadar dan kembali bisa berjalan kembali. Saat di Candi Ketek, Pena tiba-tiba bilang ada penari berwajah cantik tengah menari di pelataran candi.

Ali awalnya tidak melihat, namun secara tak sengaja Ali juga melihat penari yang disebutkan rekannya itu. Pena juga mengatakan bila ada yang mengikuti rombongan mereka. Yang mengikutinya itu, berwajah seperti kera namun menggunakan pakaian prajurit.

Baca Juga: Perampok Karyawati BRI Link Ditembak Mati di Lampung, Polda Jateng: Napi Kabur Dijemput Sepeda Motor

Sebelum meninggalkan Candi Ketek, Pena kembali kesurupan. Saat itu, tiba-tiba Pena bisa berhabasa Jawa dan menawarkan rombongan itu untuk mampir karena telah disiapkan makanan dan minuman.

Namun tawaran itu ditolak dengan halus oleh mereka.Pena tersadar setelah sampai di pintu awal pendakian. Saat di posko induk Ali mencoba bertanya pada Pena yang saat itu tengah memegang handphone. Apakah dia juga melihat sosok remaja berdiri sebelum memasuki Bulak Peperangan. Dan sambil menunjukan foto kearahnya,Pena mengatakan "Dia adalah Alvi Kurniawan,kebetulan ini bertepatan dengan satu tahun menghilangnya,"terang Pena. ***

 

Editor: Dita Arnanta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x