Salah seorang pelaku yang ikut menyiksa dan membunuh Pierre ialah Kodik, orang yang mengaku sebagai pegawai percetakan negara.
Bersama dua kawannya Kodik mengaku melepaskan tembakan kepada Pierre Tendean yang sudah tidak berdaya, dari jarak dekat, sekitar 2 meter.
Anggota Cakrabirawa prajurit satu Supandi dalam kesaksiannya di Mahkamah Militer Luar Biasa mengaku bahwa dirinya telah melihat Pierre Tendean diperintahkan jongkok, dan empat kali ditembak.
Disinilah Pierre yang sudah kepayahan akhirnya ambruk ke depan.
Konon ada pasukan pemberontak yang melihat Pierre masih bernafas, lalu salah seorang dari mereka menembak tepat di tengkuk Pierre yang membuat sang ajudan itu tewas seketika itu juga.
Menurut pengakuan komandan Cakrabirawa, yang menarik pelatuk senjata dan mengakhiri hidup Pierre adalah seorang anggota pemuda rakyat bernama Robertus Cukardi.
Namun, pengakuan berbeda disampaikan oleh Mayor Udara Gatot Sukrisno yang mengakhiri hidup Pierre adalah anggota Cakrabirawa yang bernama Jahuruk.
Meskipun secara kepangkatan Gatot jauh lebih tinggi dari Jahuruk yang hanya berpangkat Pembantu Letnan dua, tapi pada saat itu pasukan Cakrabirawa lebih memiliki kekuasaan, sehingga Gatot kalah pengaruh dari Jahuruk.
Menurut keterangan Gatot, Pierre lah yang paling gigih melawan, dalam keadaan jatuh tersungkur, Pierre ditembak tengkuk kepalanya oleh Jahuruk, karena Jahuruk merasa bertanggung jawab atas kegagalan pasukan yang ia pimpin dalam mendapatkan jenderal Nasution.