Di Pura Pakualaman kegiatan kirab ini disebut Lampah Ratri. Lampah artinya berjalan. Ratri artinya malam. Jadi arti keseluruhan berjalan di malam hari. Tujuannya sama untuk kegiatan spiritual, bukan untuk hiburan atau olah raga.
Di Pura Mangkunegaran dan Kraton Surakarta aturannya tidak jauh beda. Para peserta harus memakai busana formal Jawa dan khidmat mengikuti kirab. Peserta tidak diperkenankan ngobrol dan bermain hp.
Baca Juga: Resep Bolu Kukus Pandan Hanya Pakai 1 Telur, Dijamin Super Lembut dan Mekar Maksimal
Kraton Surakarta memiliki keunikan dalam kirab 1 Suro. Di dalam acara kirab itu rombongan kirab lazim menyertakan sejumlah kerbau bule keturunan Kyai Slamet.
Kyai Slamet adalah kerbau bule persembahan bupati Ponorogo di masa pemerintahan Sunan Paku Buwono II. Keturunan Kyai Slamet selalu disertakan sebagai pelopor di depan rombongan kirab. Sayang di bulan Juli 2022 ada keturunannya yang mati.
Slamet dalam bahasa Jawa sama artinya dengan selamat dalam bahasa Indonesia. Keluarga Kyai Slamet sejatinya adalah simbol keselamatan.
Baca Juga: Resep Martabak Manis, Cemilan Enak yang Sangat Mudah Dibuat, Dijamin Bersarang dan Anti Gagal
Jadi bukan kerbaunya yang dipuja, tapi kerbau itu sekedar simbol permohonan keselamatan. Permohonan tentu saja ditujukan kepada Tuhan, Allah swt.
Demikianlah makna kirab 1 Suro di kraton Yogyakarta, kraton Surakarta, Pura Mangkunegaran dan Pura Pakualaman.***