Makna Kirab Malam 1 Suro 2022 Bagi Masyarakat Jawa yang Membuat Orang Jadi Bijaksana

- 28 Juli 2022, 12:29 WIB
Malam 1 Suro di Keraton Surakarta
Malam 1 Suro di Keraton Surakarta /BeritaSukoharjo.com

BERITASUKOHARJO.com - Bulan Suro adalah bulan khusus buat masyarakat Jawa. Di bulan ini masyarakat Jawa dan penggemar budaya Jawa melakukan kegiatan spiritual yang lebih daripada bulan bulan lainnya.

Kirab di malam 1 Suro adalah salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh Kraton Surakarta, Kraton Yogyakarta, Pura Mangkunegaran dan Pura Pakualaman.

Kirab ini adalah satu bagian dari kegiatan spiritual yang dilakukan di malam 1 Suro. Kirab ini bukan sembarang kegiatan karena penuh makna.

Baca Juga: Inilah Urutan Acara Kirab Pusaka Dalem 1 Suro Ehe 1956 Menyambut Tahun Baru Jawa 1 Sura

Beritasukoharjo mengutip dari situs pariwisata.surakarta.go id, dikatakan di situ bahwa “Makna dari ritual malam satu suro ini ialah refleksi diri atau mengingat kembali kesalahan kesalahan yang telah diperbuat selama satu tahun yang telah dilewati. Malam satu suro menandai bergantinya tahun, sehingga pada lembaran baru ini diharapkan berubahnya sifat kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.”

Ternyata maknanya sangat dalam. Malam pergantian tahun dimaknai sebagai momentum untuk merenungi kesalahan di masa lalu. Harapannya sifat sifat kita akan menjadi lebih baik.

Jadi cara merayakan pergantian tahun dalam budaya Jawa sangat berbeda dengan budaya lain. Di dalam budaya pergantian tahun baru Jawa disikapi dengan kegiatan spiritual untuk memperbaiki diri. Tidak ada kegiatan yang sifatnya hedonistis.

Baca Juga: Rahasia Cara Membuat Tahu Isi Enak dan Tidak Berminyak, Simak Resep Ini!

Di Yogyakarta kegiatan kirab di malam 1 Suro disebut Topo Bisu Mubeng Beteng. Karena ketika kirab itu semua peserta tidak boleh ngobrol dan bercanda. Semua orang harus diam karena tujuannya adalah untuk kontemplasi.

Di Pura Pakualaman kegiatan kirab ini disebut Lampah Ratri. Lampah artinya berjalan. Ratri artinya malam. Jadi arti keseluruhan berjalan di malam hari. Tujuannya sama untuk kegiatan spiritual, bukan untuk hiburan atau olah raga.

Di Pura Mangkunegaran dan Kraton Surakarta aturannya tidak jauh beda. Para peserta harus memakai busana formal Jawa dan khidmat mengikuti kirab. Peserta tidak diperkenankan ngobrol dan bermain hp.

Baca Juga: Resep Bolu Kukus Pandan Hanya Pakai 1 Telur, Dijamin Super Lembut dan Mekar Maksimal

Kraton Surakarta memiliki keunikan dalam kirab 1 Suro. Di dalam acara kirab itu rombongan kirab lazim menyertakan sejumlah kerbau bule keturunan Kyai Slamet.

Kyai Slamet adalah kerbau bule persembahan bupati Ponorogo di masa pemerintahan Sunan Paku Buwono II. Keturunan Kyai Slamet selalu disertakan sebagai pelopor di depan rombongan kirab. Sayang di bulan Juli 2022 ada keturunannya yang mati.

Slamet dalam bahasa Jawa sama artinya dengan selamat dalam bahasa Indonesia. Keluarga Kyai Slamet sejatinya adalah simbol keselamatan.

Baca Juga: Resep Martabak Manis, Cemilan Enak yang Sangat Mudah Dibuat, Dijamin Bersarang dan Anti Gagal

Jadi bukan kerbaunya yang dipuja, tapi kerbau itu sekedar simbol permohonan keselamatan. Permohonan tentu saja ditujukan kepada Tuhan, Allah swt.

Demikianlah makna kirab 1 Suro di kraton Yogyakarta, kraton Surakarta, Pura Mangkunegaran dan Pura Pakualaman.***

Editor: Choirul Hidayat

Sumber: pariwisatasolo.surakarta.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah