Mengenang Perang Brandalan di Magelang dan Sekitarnya

- 2 Juli 2022, 09:12 WIB
Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro. /instagram @museum_diponegoro/

Di bagian depan gedung itu ada sebuah kamar yang menyimpan benda benda yang berhubungan dengan Diponegoro. Kursi yang dipakai berunding masih ada. Demikian juga jubah putihnya yang sering ditampilkan di lukisan.

Jubah putih itu sekarang disimpan di sebuah lemari kaca. Ukurannya besar. Jadi badan sang pangeran tinggi besar kalau melihat ukuran jubahnya.

Tapi tunggu dulu. Ada istilah residen? Apa pula itu? Residen adalah nama sebuah jabatan di masa pemerintahan kolonial. Seorang residen membawahi beberapa bupati.

Karesidenan Kedu yang berpusat di Magelang memiliki wilayah kabupaten Magelang, Purworejo, Temanggung dll. Tapi sekarang karesidenan sudah dihapus.

Baca Juga: Gokil! Raisa dan Anya Geraldine vs Hesti dan Ericarl akan Tanding Bulutangkis di Tepok Bulu '22, Dukung Siapa?

Nah setelah sang pangeran ditangkap itu pihak Belanda lalu meneruskan pembersihan kepada pengikutnya. Menurut penuturan para sesepuh dulu ada pembantaian.

Pasukan Diponegoro yang kalah dibunuh. Mereka dipenggal kepalanya. Lalu kepala itu ditancapkan di bambu yang ditaruh di pinggir jalan. Desa tempat menaruh itu sekarang bernama desa Sindas.

Ndas dalam bahasa Jawa artinya kepala. Ada desa Nggeger yang konon berasal dari kata Geger. Artinya punggung. Konon dulu dipakai untuk mengubur badan korban perang tadi. 

Itulah sekilas kenangan tentang perang Brandalan di Magelang dan sekitarnya.***

Halaman:

Editor: Inung R Sulistyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x