Mengenang Perang Brandalan di Magelang dan Sekitarnya

- 2 Juli 2022, 09:12 WIB
Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro. /instagram @museum_diponegoro/

Karena raja yang berkuasa saat itu masih belum dewasa. Pandangan politiknya tidak sejalan dengan penguasa kolonial Belanda. Maka dia dipandang sebagai kendala oleh pemerintah kolonial Belanda saat itu. Oleh karena itu mereka mencari akal untuk menyingkirkannya.

Dilansir BeritaSukoharjo.com dari berbagai sumber, suatu hari Belanda membangun jalan kereta api yang memotong tanah milik Diponegoro. Akibatnya terjadi ketegangan dan meletus menjadi tindakan kekerasan.

Itulah pemicu perang selain karena kezaliman penjajah. Maka sejak tahun 1825 pecahlah perang yang berlangsung di kawasan Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Awalnya Diponegoro mendapat dukungan kuat dari banyak pihak. Tapi setelah lima tahun posisi Diponegoro makin melemah.

Baca Juga: Alexandra Daddario Resmi Menikah dengan Pria Berusia 53 Tahun Ini

Pada tahun 1830 Belanda mengundang Diponegoro berunding di Magelang. Perundingan itu dilaksanakan di dalam kota Magelang. Tepatnya di kantor karesidenan Kedu.

Tapi ternyata penguasa kolonial Belanda memang licik. Diponegoro ditangkap lalu dibawa ke Batavia dan dipindahkan ke Sulawesi sampai akhir hayatnya.

Gedung tempat perundingan Diponegoro dengan Belanda itu sampai sekarang masih ada dan terawat baik. Namanya sekarang adalah museum BPK. Masyarakat Magelang menyebutnya secara informal sebagai kantor karesidenan.

Gedung itu sangat luas. Pelatarannya juga sangat luas. Pemandangannya juga sangat asri. Dari halaman depan tampak pemandangan sawah ladang dan di kejauhan terlihat gunung Sumbing yang cantik.

Baca Juga: Ramai Gaji ke-13 Cair, Bagaimana Nasib Pejuang Honorer? Dapat atau Tidak? Ini Penjelasannya

Halaman:

Editor: Inung R Sulistyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x