Mengenal Allah dan Hakikat Bersyukur, Kandungan Kitab Al Hikam yang Masyhur Karangan Ibnu Athaillah

- 13 Februari 2024, 13:36 WIB
Cara mengenal Allah dengan meningkatkan rasa syukur
Cara mengenal Allah dengan meningkatkan rasa syukur /Pixabay/Konevi.

BERITASUKOHARJO.com - Barang siapa mengenal Allah, maka selamanya ia tidak akan merasa bingung dalam hidupnya.

Demikian salah satu ungkapan masyhur Ibnu Athaillah yang terkenal dalam kitabnya Al Hikam.

Cara mengenal Allah dan lebih dekat pada-Nya salah satunya adalah dengan meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat.

Hal ini diungkapkan Ibnu Athaillah dalam buku ulasan Syekh Ahmad Zarruq yang diterbitkan Qalam (2017) berjudul Al Hikam, sebagaimana dikutip BeritaSukoharjo.com.

Baca Juga: Resep Pentol Ayam Kriwil Bungkus Tahu! Enak dan Gurih Bikin Nagih, Nggak Perlu Pakai Blender!

Nikmat walau beraneka ragam rupanya, sesungguhnya hanya karena menyaksikan-Nya dan karena kedekatan dengan-Nya,” tulis Ibnu Athaillah dalam kitab Al Hikam yang diulas Syekh Ahmad Zarruq tersebut.

Al Hikam merupakan kitab yang memuat ajaran-ajaran sufi. Hakikat tentang syukur, mengenal Allah, dan hidup untuk meraih ketenangan jiwa hingga kematian adalah kandungan penting dalam buku ini.

Bagaimana Al Hikam memandang tentang rasa syukur yang hubungannya dengan kedekatan kepada Allah?

Berikut penjelasannya yang tercantum dalam buku Al Hikam ulasan Syekh Ahmad Zarruq.

Baca Juga: Apakah Pilpres di Indonesia Pernah Satu Putaran? Film Dirty Vote Memberikan Jawaban

1. Nikmat Tanpa Syukur Bisa Hilang

Setiap nikmat yang Allah SWT berikan harus disambut dengan rasa syukur. Jika tak ada syukur, makan karunia nikmat tersebut akan lebih dekat dengan kehilangan.

Jika seseorang yang mendapatkan nikmat dari Allah SWT, tetapi tidak mendekatkan diri kepada-Nya, maka hal yang ia terima tidak pantas disebut nikmat. Hal tersebut karena nikmat yang diterima tidak memberi manfaat kepadanya.

Sebaliknya, azab bisa menjadi sebuah nikmat apabila dipandang dari perspektif keagungan dan kecintaan Allah kepada hamba-Nya.

Dikisahkan dalam buku setebal 572 halaman tersebut, seorang pemuda tidak menjerit sama sekali saat mendapatkan 99 kali cambukan. Namun, pada cambukan 100 kalinya, ia akhirnya menjerit.

Saat ditanya mengapa ia melakukannya, ia mengatakan bahwa pada 99 cambukan sebelumnya, matanya bersaksi atas keagungan Allah SWT sehingga tidak terasa sakit atas cambukan tersebut. Namun, pada cambukan terakhir, mata itu telah berpaling.

Baca Juga: RESMI DIBUKA! Begini Cara Daftar KIP Kuliah 2024 Lengkap Syarat-syaratnya, Anggaran sampai Rp13,9 Triliun!

2. Kesempurnaan Nikmat adalah Kecukupan Rezeki

Ibnu Athaillah dalam buku Al-Hikam menuliskan tentang keutamaan rezeki yang cukup sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Allah SWT. Rezeki yang cukup adalah bentuk kecintaan Allah kepada hamba-Nya.

Di antara kesempurnaan nikmat atas dirimu adalah Dia memberimu rezeki yang mencukupimu dan menahanmu apa-apa yang membuatmu lalai,” tulis Ibnu Athaillah.

Allah SWT akan menahan rezeki pada seorang hamba untuk menjaga hamba tersebut dari sikap lalai. Rasa cukup diberikan sebagai bentuk rasa cinta dari Allah SWT.

Namun, kebanyakan manusia merasa jika kenikmatan yang diinginkan tidak diperoleh, sama seperti Allah SWT menjauh dari dirinya.

Baca Juga: Tak Cuma Ibu! Ayah Juga Punya Peran Penting dalam Pendidikan Anak, 4 Poin Ini Bisa Mengubah Persepsi Orang Tua

3. Mengurangi Sedih dengan Mengurangi Hal-Hal Menyenangkan

Semakin banyak kesenangan yang dirasakan oleh manusia, hakikatnya akan semakin memperbanyak kesedihan yang mungkin akan ia rasakan.

Oleh karena itu, dalam kitab yang diulas Syekh Ahmad Zarruq ini, Ibnu Athaillah menuliskan pesan pentingnya tentang sebuah nikmat.

Sedikitkanlah apa yang menyenangkan agar sedikit pula apa yang membuatmu sedih,” tulisnya.

Kesedihan karena kehilangan akan sesuai dengan kegembiraan saat penemuan. Pergantian senang dan sedih akan terus berputar dalam kehidupan manusia.

Semakin banyak ia merasakan kenikmatan dan bahagia di awal, maka kesedihan bisa jadi akan datang serupa.

Demikian juga sebaliknya, jika seseorang merasakan kesedihan yang dalam di hidupnya, maka jangan berputus asa karena Allah akan menjanjikan kebahagiaan yang serupa setelah itu. ***

Editor: Nurulfitriana Ramadhani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x