Baca Juga: Apakah Pilpres di Indonesia Pernah Satu Putaran? Film Dirty Vote Memberikan Jawaban
1. Nikmat Tanpa Syukur Bisa Hilang
Setiap nikmat yang Allah SWT berikan harus disambut dengan rasa syukur. Jika tak ada syukur, makan karunia nikmat tersebut akan lebih dekat dengan kehilangan.
Jika seseorang yang mendapatkan nikmat dari Allah SWT, tetapi tidak mendekatkan diri kepada-Nya, maka hal yang ia terima tidak pantas disebut nikmat. Hal tersebut karena nikmat yang diterima tidak memberi manfaat kepadanya.
Sebaliknya, azab bisa menjadi sebuah nikmat apabila dipandang dari perspektif keagungan dan kecintaan Allah kepada hamba-Nya.
Dikisahkan dalam buku setebal 572 halaman tersebut, seorang pemuda tidak menjerit sama sekali saat mendapatkan 99 kali cambukan. Namun, pada cambukan 100 kalinya, ia akhirnya menjerit.
Saat ditanya mengapa ia melakukannya, ia mengatakan bahwa pada 99 cambukan sebelumnya, matanya bersaksi atas keagungan Allah SWT sehingga tidak terasa sakit atas cambukan tersebut. Namun, pada cambukan terakhir, mata itu telah berpaling.
2. Kesempurnaan Nikmat adalah Kecukupan Rezeki
Ibnu Athaillah dalam buku Al-Hikam menuliskan tentang keutamaan rezeki yang cukup sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Allah SWT. Rezeki yang cukup adalah bentuk kecintaan Allah kepada hamba-Nya.
“Di antara kesempurnaan nikmat atas dirimu adalah Dia memberimu rezeki yang mencukupimu dan menahanmu apa-apa yang membuatmu lalai,” tulis Ibnu Athaillah.
Allah SWT akan menahan rezeki pada seorang hamba untuk menjaga hamba tersebut dari sikap lalai. Rasa cukup diberikan sebagai bentuk rasa cinta dari Allah SWT.