Lebih Mengenal Sejarah Jamu Sebagai Warisan Leluhur Sejak Ratusan Tahun Silam, Obat Herbal Asli Indonesia

28 Mei 2023, 19:11 WIB
Ilustrasi - sejarah jamu, warisan leluhur obat herbal asli Indonesia /Instagram @ngee_djamoe

BERITASUKOHARJO.com - Memperingati Hari Jamu Nasional yang jatuh tanggal 27 Mei, maka tidak ada salahnya jika kita lebih mengenal sejarah dan asal usul obat herbal dalam bentuk minuman tradisional Indonesia yang satu ini.

Berdasarkan lansiran BeritaSukoharjo.com dari laman resmi Kemdikbud, kata jamu banyak ditemukan dalam naskah kuno, salah satunya naskah Gatotkacasraya yang ditulis oleh Mpu Panuluh dari Kerajaan Kediri pada masa Raja Jayabaya.

Kata jamu sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno, yaitu jampi atau usodo yang berarti penyembuhan menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa.

Terdapat banyak bukti sejarah yang menceritakan bahwa jamu jadi warisan leluhur yang telah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Budha. Di antaranya relief yang ditemukan di beberapa candi di Indonesia, yaitu Candi Borobudur, Prambanan, Penataran, Sukuh, dan Tegalwangi.

Baca Juga: Ikan dan Kacang Panjang Jadi Menu Masakan Praktis, Bisa Bikin Boros Nasi Saking Enaknya

Relief di candi-candi tersebut menggambarkan pembuatan dan penggunaan jamu. Selain di relief candi-candi itu, bukti jamu telah digunakan sejak dahulu kala dapat dilihat pada Prasasti Madhawapura peninggalan Kerajaan Majapahit.

Pada prasasti tersebut diceritakan peracik jamu yang disebut acaraki, harus berdoa terlebih dahulu sebelum meracik jamu. Tidak hanya itu, sebelum meracik jamu, acaraki juga melakukan meditasi dan berpuasa.

Semua ritual itu dilakukan agar mendapatkan energi yang positif ketika meracik jamu sehingga dihasilkan jamu yang memberikan khasiat untuk kesehatan. Masyarakat Jawa Kuno sangat percaya bahwa Tuhan adalah penyembuh yang sejati.

Dapat disimpulkan, jamu merupakan minuman kesehatan atau obat herbal alami Indonesia yang telah digunakan sejak ratusan tahun yang silam untuk menjaga kesehatan dan kebugaran masyarakat Indonesia. Selain itu, bahan-bahan pembuat jamu ini sangat mudah ditemukan di alam Indonesia, berupa daun, rimpang, batang, buah, bunga, dan kulit batang.

Baca Juga: 5 Tanaman Khas Indonesia yang Biasa Jadi Bumbu Dapur Ternyata Khasiatnya Luar Biasa untuk Kesehatan, Apa Saja?

Awalnya, minuman jamu diperuntukkan untuk kalangan istana dan bangsawan. Namun, lambat laun, minuman jamu mulai diberikan kepada masyarakat. Selanjutnya, jamu menjadi minuman yang diperdagangkan oleh penjual jamu keliling.

Awalnya, jamu ini dijual secara keliling oleh pria dan wanita. Pria berjualan jamu sambil dipikul, sedangkan wanita berjualan jamu sambil digendong.

Namun, karena tenaga pria lebih dibutuhkan untuk bertani, maka yang berjualan jamu adalah wanita dengan menggendong beberapa botol jamu dalam bakul, sampai sekarang dikenal dengan nama jamu gendong.

Saat ini, wanita tidak hanya berjualan jamu sambil menggendong bakul jamu saja, tapi juga sudah ada yang menggunakan sepeda.

Baca Juga: Jajanan Pasar Olahan Tepung Ketan yang Lembut dan Kenyal, Isiannya Bikin Semua Orang Nagih

Selain itu, jika ingin menikmati jamu saat ini, tidak hanya dengan cara membeli dari para penjual jamu gendong saja, tapi juga sudah ada yang dikemas secara modern misalnya dalam bentuk kapsul, bubuk, sachet, dan lainnya.

Sejarah Jamu Gendong

Jamu gendong merupakan jamu yang dibuat secara rumahan atau home industry, kemudian dijual dengan cara menggendong jamu tersebut. Minuman jamu yang telah diracik dimasukkan ke dalam beberapa botol, kemudian botol itu disusun di dalam sebuah bakul.

Ilustrasi - jamu gendong Instagram @connectgema

Bakul tersebut dibawa oleh wanita dengan cara menggendongnya menggunakan kain batik, jarik, atau lainnya berkeliling kampung atau kawasan tertentu setiap hari. Nama jamu gendong sendiri disebabkan karena cara penjual membawa jamu-jamu saat berjualan dengan cara menggendong.

Menggendong memiliki makna dan filosofi yang dalam. Menggendong identik dengan cara seorang ibu merawat anak kecil.

Sehingga filosofi jamu gendong ini adalah ibarat wanita Jawa menggendong barang dagangannya atau rezekinya seperti membawa anak kecil yang harus dijaga dengan hati-hati dan dirawat dengan telaten.***

Editor: Risqi Nurtyas Sri Wikanti

Tags

Terkini

Terpopuler