Tradisi Tolak Balak di Karanganyar Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Tingkat Nasional

- 26 Agustus 2021, 23:25 WIB
Bupati Karanganyar sebar apem pertama dalam tradisi Wahyu Kliyu
Bupati Karanganyar sebar apem pertama dalam tradisi Wahyu Kliyu /sukoharjoupdate/ditya arnanta/

SUKOHARJOUPDATE -  Wahyu Kliyu, tradisi sebar apem yang digelar setiap tanggal 15 bulan Suro di Desa Kendal, Kecamatan Jatipuro telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Tingkat Nasional.

Ditandai dengan diserahkannya Piagam Penghargaan oleh Kementerian Pendidikan dan  Kebudayaan sekaligus sebagai bentuk pengakuan secara nasional bahwa Wahyu Kliyu merupakan upacara adat yang unik dan menarik.  

"Upacara adat dan penghargaan ini diniati untuk mengusir segala marabahaya, masyarakat sehat dan rejekinya sempulur," jelas Bupati Karanganyar Juliyatmono, Kamis 26 Agustus 2021.

Baca Juga: Bupati Karanganyar Marah Saat Dengar Ada Buruh Ditarik Rp50 Ribu Untuk Vaksin: Bila Benar, Kembalikan Uangnya

Tradisi yang sudah ada sejak turun temurun ini tetap dipelihara hingga sekarang. Merupakan warisan budaya yang sarat dengan kearifan lokal.

Oleh masyarakat setempat tradisi Wahyu Kliyu selain sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkahnya juga dipercaya sebagai tolak balak atau pageblug.  

Tradisi Wahyu Kliyu diawali masing -masing warga membawa satu tenggok (wadah dari bambu) berisi apem. Acara diawali dengan pertunjukkan wayang kulit.

Baca Juga: Libatkan Pokja Desa Damai Mitigasi Covid19, Wahid Foundation Bagikan Bantuan di Sukoharjo

Tepat tengah malam, tradisi lempar apem di sebuat kotak besar dimulai.

Pelemparan pertama kali oleh Bupati Karanganyar, Juliyatmono kemudian diiikuti masyarakat setempat yang sudah membuat apem. Sambil melempar juga diiringi ucapan Wahyu Kliyu secara bersamaan.

Setelah selesai kemudian didoakan oleh sesepuh desa dan kue apem bisa dibagikan pada masyarakat yang hadir.

Baca Juga: Beraksi 12 Kali, Duet Maut Dua Pemuda Ini Tak Hanya Curi Burung, Juga 'obok-obok TK Akhirnya dibekuk Polisi

“Apem itu dari kata apuro atau permohonon ampun. Dengan momen ini kita berdoa semoga Allah segera melenyapkan Covid 19,” ucap Bupati.  

Karena saat ini masih dalam masa pandemi Covid 19, tradisi Wahyu Kliyu tetap digelar namun dengan protokol kesehatan ketat. Dan jumlah peserta yang hadir juga dibatasi agar tidak terjadi kerumunan. ***

Editor: Triyanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x