Misteri Tanah Sejuwok Tanah Keramat Peninggalan Para Mpu di Lereng Gunung Lawu

- 16 Agustus 2021, 23:03 WIB
Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini diyakini hingga saat ini rahasianya yang belum terungkap
Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini diyakini hingga saat ini rahasianya yang belum terungkap /Sukoharjoupdate/Bramantyo

SUKOHARJOUPDATE - Kemunculan awan menyerupai topi yang seakan tengah dikenakan Gunung Lawu belakangan ini sempat membuat publik terkesima.

Meskipun Gunung Lawu bertopi tidak hanya sekali ini saja diatas Gunung Lawu, namun kemunculan awan diatas Gunung Lawu yang menyerupai topi itu semakin mengukuhkan bila Gunung yang memisahkan dua Provinsi ini, Jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk salah satu Gunung paling angker di Tanah Jawa.

Pasalnya, banyak rahasia Gunung yang disebut-sebut sebagai lokasi terakhir Raja Majapahit Prabu Brawijaya ini, yang belum terungkap. Salah satunya Sejuwok.

Baca Juga: PPKM Level 4 Belum Berakhir, Kawasan Wisata Tawangmangu di Libur Akhir Pekan Sudah Macet

Sejumok, adalah nama lahan kosong yang lokasinya berada di tengah area persawahan yang kondisinya sangat tidak terawat.

Di lahan ini banyak sekali di tumbuhi alang alang setinggi hampir satu meter. Selain alang alang, puluhan pohon lamtoro dan bambu juga tumbuh di sekitar tanah Sejuwok.

Pekatnya tumbuhan di tanah Sejuwok, membuat kawasan tersebut tampak angker di kejauhan.

Baca Juga: Puluhan Pengendara Motor Knalpot Bising yang Akan Sanmori di Tawangmangu Gigit Jari Kena Tilang

Bagi warga Karangpandan Kabupaten Karanganyar Sejuwok adalah sebuah tempat keramat. Pantang bagi warga mendatangi tempat tersebut.

Pasalnya warga meyakini, jika Sejuwok tempat angker peninggalan orang orang jaman dulu.

Keyakinan penduduk desa ini bukan tanpa alasan, karena di lahan tersebut banyak di temukan sisa sisa peninggalan masa silam berupa batu besalen (tempat menempa keris) yang di yakini milik para mpu di jaman Majapahit.

Baca Juga: Launching Program Aku Sedulurmu, Polres Sukoharjo Beri SIM Gratis Anak Yatim Piatu Dampak Covid19

"Meski secara khusus peninggalan ini belum di teliti oleh pihak yang berwenang sebagai benda peninggalan cagar budaya, namun kekeramatan tanah Sejuwok lah yang memiliki daya tarik spiritual bagi warga dari luar daerah Karangpandan untuk datang menjalani ritual di Sejuwok," Ungkap Budayawan Jawa Joko Pengging.

Selama ini pihak dinas terkait memang belum mengetahui, jika di daerah Karangpandan terdapat peninggalan para mpu di masa silam.

Karena warga beranggapan, biarkan saja tempat tersebut seperti aslinya, karena jika ada orang yang berani mengutak atik apa apa yang ada di Sejuwok, segala resiko menjadi tanggung jawabnya sendiri.

Baca Juga: Dukung Sektor Pertanian, Alumnus UNS Ini Kini Sukses Bangun Bisnis Desa Organik

Menurut budayawan Jawa Joko Pengging, memang banyak daerah di lereng Gunung Lawu yang menjadi tempat peninggalan Majapahit. Bahkan peninggalan tersebut ada juga peninggalan peradaban yang lebih tua dari Majapahit.

Keberadaan tanah Sejuwok yang di yakini oleh para pande keris sebagai tempat besalen-nya para mpu jaman dulu memang benar.

Karena di tempat ini terdapat beberapa peninggalan batu berbentuk loyang yang di yakini pernah dipakai untuk menjamas senjata usai di tempa.

Baca Juga: Pantau Vaksinasi Pelajar di Solo, Ganjar Klaim Setiap Minggu Jawa Tengah Selalu Gelar Vaksin Massal

Selain batu loyang, ada juga bebatuan yang di tata berbentuk besalen dan batu berlobang di tengah tengahnya. Batu batu tersebut memang memiliki ciri khas batu besalen tempat para mpu menempa senjata.

"Namun untuk membuktikan sebagai benda cagar budaya, memang harus lebih dulu di teliti
oleh ahlinya," ujarnya.

Di jelaskan oleh Budayawan Joko Pengging, kerapnya Sejuwok di pakai sebagai tempat untuk menjalani laku ritual para mpu jaman sekarang, karena mereka meniti laku dari para pendahulunya.

Baca Juga: Antisipasi Penularan, Bupati Karanganyar Minta Warga Jalani Isoman di BLK dan Gedung Wanita

Dalam adat tradisi masyarakat Jawa, tata cara tersebut memang di kenal sebagai salah satu cara nunggak semi, menumbuhkan lagi sesuatu yang sudah tiada.

"Dengan cara menjalani laku ritual di sebuah tempat keramat milik para leluhurnya, para mpu sekarang berharap mereka bisa mewarisi daya linuwih dari para leluhur leluhurnya," Jelas Joko Pengging memaparkan.

"Anggapan Sejuwok sebagai padepokan atas angin oleh para pelaku ritual, bisa saja pada saat mereka menjalani laku memperoleh petunjuk sebuah gambaran tentang masa silam Sejuwok, jika tempat tersebut dulunya adalah sebuah padepokan atas angin. Namun semua itu memang tergantung dari keyakinan diri pribadi orang masing masing," ujarnya.

Selain memaparkan tanah Sejuwok yang di yakini sebagai tempat para mpu menempa senjata, Budayawan Jawa Joko Pengging juga mengakui, jika keangkeran tanah Sejuwok tak lepas dari tradisi masyarakat Jawa yang sangat menskralkan sebuah tempat yang dianggap suci.

Baca Juga: Pandemi Covid 19 dan Adanya PPKM, Kirab Pusaka Kraton Solo dan Pura Mangkunegaran Ditiadakan

Bagi para mpu, besalen adalah tempat suci, tempat para mpu menempa senjata menyatukan rasa dan doa dalam setiap tempaan, sehingga mewujudkan sebuah simbolisasi harapan pada bilah senjata yang di tempanya.

Harapan tersebut akan terwujud pada pamor dalam bilah pusaka yang di tempa oleh seorang mpu, sehingga sebuah besalen bagi mpu dianggap sebagai tempat suci.

Kesucian ini tidak hanya di jaga kebersihanya secara kasad mata, segala proses dan tahapan dalam membuat pusaka juga selalu di iringi dengan doa dan tirakat, sehingga mampu mewujudkan pusaka piandel bagi pemiliknya.

Baca Juga: Malam 1 Suro Seluruh Jalur Pendakian Gunung Lawu Ditutup! Bupati Karanganyar: Laku Prihatin Dirumah

Besalen sebagai tempat suci, pastilah di jaga oleh sosok penjaga ghaib yang di tempatkan agar tempat suci tersebut tidak sembarang orang bisa menyentuhnya.

Akan tetapi seiring dengan berkembangnya sebuah peradaban jaman dalam proses evolusi peradaban, tempat yang semula dianggap suci kini mulai mangkrak.

Namun meski dianggap mangkrak dan tak lagi menjadi sebuah tempat suci, para penjaga ghaib tetap bersemayam di tempat tersebut dan menjaga apa yang ada di
sekitarnya.

Baca Juga: Raih Kemenangan, D.O.EXO Ucapakan Terimakasih dan Bikin Penggemar So Sweet

"Oleh karena jangan kaget, jika tidak ada orang yang berani mengambil apapun dari Sejuwok, karena mereka takut dengan penunggunya," ungkap Joko Pengging.

Keberadaan penunggu di tanah Sejuwok memang tidak sembarang orang bisa melihatnya, hanya orang orang linuwih yang mampu melihat alam ghaib di tanah Sejuwok.

Keberadaan para penunggu ghaib ini sebenarnya sebagai salah satu cara dari para leluhur melestarikan sebuah tempat yang dianggap suci. Dengan harapan agar daerah tersebut tetap akan lestari dan berguna bagi para anak cucunya kelak.

Baca Juga: Dikenal Mengaku Sebagai Penerus Kasultanan Keraton Pajang, Suradi Kini Jatuh Sakit

Mengingat di jaman modern seperti sekarang ini, banyak hutan dan alam yang rusak karena manusia tak lagi menganggap sebuah daerah sakral.

Kesakralan yang di maksud bukan berarti sebagai tempat bersemayamnya para mahkluk ghaib,namun lebih kepada pelestarian alam lingkungan sekitar, agar kelak anak turunya tetap masih bisa menikmati hasilnya.***

Editor: Bramantyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah