Sebelum Puncak Perayaan Nyepi, Umat Hindu di Boyolali Mengawali Bakar Ogoh Ogoh

- 3 Maret 2022, 19:07 WIB
Umat Hindu di Boyolali melaksanakan prosesi bakar ogoh ogoh sebelum melaksanakan ibadah Nyepi
Umat Hindu di Boyolali melaksanakan prosesi bakar ogoh ogoh sebelum melaksanakan ibadah Nyepi /Pemkab Boyolali

SUKOHARJOUPDATE- Berlangsung dengan pembatasan peserta, sejumlah umat Hindu di Kecamatan Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah (Jateng) telah melaksanakan acara Mecaru.

Acara yang diikuti oleh sekira 50 peserta tersebut, berlangsung di Pura Bhuana Suci Saraswati di Desa Ngaru Aru, Banyudono, pada Rabu 2 Maret 2022.

Dikutip dari laman Pemkab Boyolali, Kamis 3 Maret 2022, usai melakukan Mecaru, umat Hindu tersebut kemudian mengarak ogoh ogoh keliling kampung sejauh dua kilometer dengan diiringi musik gamelan.

Baca Juga: Dinilai Jadi Biang Kerusakan Underpass Makamhaji, Kendaraan Berat Dilarang Dishub Sukoharjo Kembali Lewat

Setelah diarak keliling kampung, ogoh ogoh dilakukan prosesi pembakaran oleh tokoh umat Hindu didepan pura dan disaksikan umat Hindu serta warga sekitar pura.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Boyolali, Heru Kuncoro mengatakan, bahwa ogoh ogoh merupakan lambang dari roh atau energi jahat yang ada pada diri manusia yang harus dimusnahkan.

“Ogoh ogoh ini sebagai pralambang roh jahat yang ada pada diri manusia. Jadi sudah sepantasnya kalau roh jahat itu di musnahkan," terang Heru.

Baca Juga: Diserbu Warga, 4.800 Liter Minyak Goreng Operasi Pasar Pemkab Sukoharjo Ludes Dalam Sekejap

Dijelaskan, sebelumnya peserta hanya dibatasi sekira 50 orang, namun karena antusias umat Hindu yang ingin mengikuti ritual ini tinggi, sehingga melebihi dari rencana awal.

“Ya, ini antusias warga Hindu untuk mengikuti acara ini bertambah, tadinya hanya 50 an peserta, tapi ini ada 100 an lebih. Karena ya,sudah lama tidak ada acara seperti karena pandemi ini,” paparnya.

Ia berharap, dengan adanya Mecaru dan pembakaran ogoh ogoh, umat Hindu yang melaksanakan ibadah Nyepi mendapat keselamatan dan kerahayuan.

Baca Juga: UNESCO Pilih di Sukoharjo, Gelar Penetapan dan Sidang Verifikasi Nominasi Jamu Sebagai Warisan Tak Benda

“Nantinya setelah acara ini, roh yang akan menganggu diri manusia tidak terjadi, karena sudah dilakukan upacara bersama,”ujarnya.

Terpisah, Camat Banyudono Jarot Purnama mengatakan, sebelum Mecaru dan membakar ogoh ogoh, mereka sudah melakukan mendak tirto.

“Mereka sebelumnya sudah melakukan mendak tirto dan dilanjut melakukan arak arakan keliling kampung dengan mengusung ogoh ogoh,” sebut Jarot.

Baca Juga: Empati Kepada 50 Keluarga Tahanan, Polres Sukoharjo Bagikan Paket Bansos

Menurutnya, karena saat ini masih pandemi Covid-19, umat Hindu yang melaksanakan acara di pura harus mematuhi peraturan pemerintah dengan menjaga protokol kesehatan.

“Boyolali masuk pada level 3, makanya mereka harus taat juga dengan instruksi bupati dan tetap menjaga prokes,” pungkasnya.***

Editor: Nanang Sapto Nugroho

Sumber: Pemkab Boyolali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x