SUKOHARJOUPDATE - Kabut tebal menyelimuti Gunung Lawu.Tebalnya kabut yang menyelimuti Gunung dengan ketinggian 3.265 mdlp ini semakin mengukuhkan kearifan lokal masyarakat sekitar tentang misteri tak terungkap di Gunung yang dulunya bernama Wukir Mahendra.
Gunung yang memisahkan dua provinsi, Jawa Tengah dan Jawa Timur ini termasuk dalam kategori 'gunung tidur'.
Gunung ini termasuk dalam peringkat lima jajaran tujuh puncak tertinggi di Pulau Jawa yang terkenal dengan julukan Seven Summits of Java (Tujuh Puncak Pulau Jawa).
Banyak masyarakat menyebut bahwa gunung Lawu termasuk paling angker dan menyimpan banyak misteri yang belum pernah terungkap. Salah satunya tokoh adalah Joko Sunarto, masyarakat dan relawan asal Ngargoyoso, Karanganyar.
"Kalau angker iya, karena sampai sekarang Lawu itu belum terungkap misteri atau jati diri Lawu. Lawu akan selalu diselubungi kabut misteri," jelas pria yang akrab dipanggil Mbah Po, Minggu, 2 Januari 2021.
Gunung Lawu juga diyakini merupakan salah satu poros di pulau Jawa. Meski kental dengan aura mistik, Gunung Lawu tetap menjadi primadona bagi para pendaki.
Baca Juga: Varietas Lokal Stevia, Si Manis dari Gunung Lawu Didaftarkan ke PVTPP
Ditegaskan kembali oleh Mbah Po gunung Lawu akan tetap anteng (diam) dengan peran serta masyarakat di sekitarnya dan masyarakat Jawa pada umumnya agar senantiasa nguri-uri (menjaga dan mempertahankan) agar Lawu tetap terjaga.
"Jika kita menjaga (alam) karena Lawu jadi genthong banyu (sumber) air. Jangan sampai gundul. Gelem nguri-uri mesti dingerteni genten.Kita menjaga alam, alam akan balik menjaga kita," pesannya.
Sebab itulah, gunung yang juga diyakini merupakan salah satu poros di pulau Jawa ini banyak masyarakat yang mempercayai bahwa Gunung Lawu adalah persinggahan Brawijaya V yang merupakan Raja Majapahit terakhir yang akhirnya menghilang bersama raganya alias muksa.
Menurut cerita leluhur, jika gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan ada hubungan dekat dengan tradisi dan budaya keraton Solo dan Jogjakarta, misalnya upacara labuhan setiap bulan Sura.
"Gunung Lawu sangat populer untuk kegiatan pendakian. Setiap malam 1 Sura banyak orang berziarah dengan mendaki hingga ke puncak. Dan tiap suro selalu diadakan upacara sesaji di gunung Lawu," jelasnya ketika di temui beberapa waktu lalu.
Gunung Lawu juga menyimpan misteri pada tiga puncaknya dan menjadi tempat yang dianggap sakral di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan (menghilangnya) Prabu Brawijaya.
Baca Juga: Tradisi Dukutan Cerminan Kisah Percintaan Masa Lalu Airlangga di Lereng Gunung Lawu
Harga Dumiling diceritakan sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon yang merupakan abdi setia dari Prabu Brawijaya, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang meditasi pagi penganut kejawen.
Lebih lanjut pria yang akrab disapa Mbah PO menjelaskan, setiap pendaki yang pernah naik ke puncak Lawu pasti memahami berbagai larangan tidak tertulis yang harus dipatuhi.
Misalnya ketika akan mendaki gunung Lawu adalah dilarang mengucapkan kata kesel (capai) ketika sedang dalam perjalanan menuju puncak.
Baca Juga: Pelintasan Candi Cetho Jalur Misteri Menuju Pasar Setan di Lereng Gunung Lawu (2)
"Tidak boleh ngresula (mengeluh), capai, nanti tiba-tiba stamina kita akan mendadak menurun. Jika berkata dingin maka kita akan kedinginan," jelasnya lagi.***