Melongok Desa Ngerangan di Klaten, Asal Muasal Kuliner Angkringan

- 21 September 2021, 11:36 WIB
Memasuki Dukuh Sawit, Desa Ngerangan, Bayat, Klaten cikal bakal kuliner angkringan
Memasuki Dukuh Sawit, Desa Ngerangan, Bayat, Klaten cikal bakal kuliner angkringan /Sukoharjoupdate/ Kinan Riyanto /

Baca Juga: Menunggu Penguasa Baru Pura Mangkunegaran, Tiga Nama Menguat, Siapa Dia?

Dengan merogoh kocek Rp10.000, pembeli bisa menikmati minuman teh hangat, nasi dan aneka gorengan.

''Selama pandemi ini, alhamdulillah tetap ada pembelinya meski tidak seperti dulu. Kami harus mematuhi PPKM tutup jam 8 malam. Tapi sekarang agak longgar lagi, diperbolehkan buka sampai malam jam 9,'' kata Sarjinem.

Kepala Desa Ngerangan, Sumarno, wilayahnya memang terkenal tandus. Sebagai pekerja keras, banyak warganya yang merantau berjualan angkringan di kota-kota.

Baca Juga: Heboh, Foto Wajah Bonyok M Kece Usai Ditonjok Irjen Pol Napoleon Ramai Tuai Pro Kontra

''Sebagai potensi yang membanggakan, desa Ngerangan dicanangkan Bupati Klaten Sri Mulyani sebagai Desa Cikal Bakal Angkringan pada awal tahun 2020 yang lalu,'' tambah Kades Sumarno.

Untuk mengenang perjuangan para leluhur yang memperkenalkan angkringan di segala penjuru kota di Indonesia, di Dukuh Sawit ada museum angkringan.

Museum yang dikelola warga itu, berisi terikan tumbu, angkringan pikul, gerobak angkringan, aneka macam teh, foto-foto para leluhur, dan lain-lain.

Baca Juga: Pantau TNI Manunggal Rakyat di Plosorejo, Danrem Surakarta Terkesan Lihat Animo Vaksin Masyarakat Tinggi

''Mbah-Mbah kami sudah merantau ke kota berjualan angkringan sejak tahun 1930-an, awalnya memakai angkringan pikul. Ada gerobak sejak tahun 1943-an, begitulah sejarahnya,'' kata Sarono, Ketua RW 1 Sawit.

Halaman:

Editor: Kinan Riyanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah