Melongok Desa Ngerangan di Klaten, Asal Muasal Kuliner Angkringan

- 21 September 2021, 11:36 WIB
Memasuki Dukuh Sawit, Desa Ngerangan, Bayat, Klaten cikal bakal kuliner angkringan
Memasuki Dukuh Sawit, Desa Ngerangan, Bayat, Klaten cikal bakal kuliner angkringan /Sukoharjoupdate/ Kinan Riyanto /



SUKOHARJOUPDATE - Menikmati kuliner di sebuah angkringan, memang menjadi sesnsasi tersendiri. Pembeli duduk menghadap meja yang penuh aneka makanan. Untuk varian nasi, semua dibungkus. Rata-rata nasi sambel bandeng, kering tempe, oseng kacang panjang, sambel teri, dan lain-lain.

Lauknya juga bervariasi. Dari tempe goreng sampai tusukan sate, aneka rambak, kerupuk, kacang goreng yang dikemas kecil-kecil, dan sebagainya.

Di atas meja angkringan, selain dipenuhi aneka makanan, juga ada ceret untuk wadah air. Coba diperhatikan, pasti ada tiga buah, ini cirikhasnya.

Baca Juga: Nafa Urbach Diteror Pinjol Padahal Tidak Meminjam, Loh Kok Bisa?

''Iya, cirikhasnya tiga ceret. Dua untuk air putih, satunya untuk mendidihkan jahe,'' kata Sarono, Ketua RW 1 Dukuh Sawit, Desa Ngerangan, Bayat, Klaten.

Ya benar, angkringan ini cikal bakalnya dari Desa Ngerangan. Sejak jaman dahulu, para leluhur warga desa ini sebagian besar menjadi perantau dan berjualan angkringan atau hik.

Diceritakan oleh Ratiman (60 tahun) warga Dukuh Sawit, dirinya berjualan angkringan di Kadipiro, Solo sejak tahun 1980 sampai sekarang. Namun karena pandemi dan urusan keluarga, dirinya berhenti dari berjualan sejak setahun yang lalu.

Baca Juga: Kiano Anak Baim Wong - Paula, Diduga Sakit Infeksi di Saluran Pencernaan

''Saya sudah berhenti berjualan angkringan sejak setahun yang lalu, karena ada urusan keluarga,'' kata Ratiman.

Halaman:

Editor: Kinan Riyanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x