BERITASUKOHARJO.com - Cerita Panji Angreni ini berdasarkan Serat Panji Angreni yang digubah di abad ke-18. Versi asli ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa. Berikut ini kisahnya secara singkat.
Pangeran Panji Inu Kertapati dari Jenggala sejak kecil sudah dijodohkan dengan Putri Candra Kirana, anak Raja Kediri. Tapi kemudian, Panji lebih mencintai Angreni, seorang anak orang biasa. Panji lalu menikah dengan Angreni.
Cerita Panji berlanjut ketika ayah Panji yaitu Raja Jenggala marah lalu memerintahkan Brajanata untuk membunuh Angreni. Panji lalu dikelabui. Dia diperintahkan raja pergi ke suatu tempat. Ketika dia sedang pergi, Brajanata membunuh Angreni. Jasadnya lalu dikuburkan di Pantai Kamal.
Ketika pulang, dia bingung mencari Angreni yang menghilang. Dia mencari ke mana-mana dan akhirnya, Cerita Panji berakhir sedih, dia menemukan jasad Angreni yang sudah tidak bernyawa.
Baca Juga: Resep Tumis Bunga Pepaya dan Cara Menghilangkan Pahit, Kamu Wajib Coba!
Kematian Angreni ternyata membuat Panji sangat terpukul. Dia menangisi jasad Angreni selama berhari-hari seolah hilang ingatan. Bahkan suatu malam dia membawa jasad Angreni ke sungai sehingga keduanya hanyut dan hilang dari pengamatan pasukan Jenggala.
Panji lalu meninggalkan istana Jenggala dan berkelana dengan nama samaran Klana Jayengsari. Dia ditemani oleh anak buah kepercayaannya bernama Prasanta. Dia juga memiiki banyak pengikut.
Klana Jayengsari lalu pergi ke Bali. Di sana dia menyerang Kerajaan Bali bersama pengikutnya. Kerajaan Bali ditaklukkan. Seorang Putri Bali bernama Andayaprana diberikan kepada Panji untuk diperistri.
Setelah Bali, dia menyerang banyak kerajaan kecil lain. Wilayah Blambangan, Puger, Sandipura, Lumajang, Sandikoripan, Lobawang, Panggungan, Pragunan, Sidapaksa, dan Pajarakan telah dia taklukkan. Panji lantas memiliki banyak pengikut sehingga semakin kuat dan ditakuti.