Lemahnya Pemerintahan Joe Biden Dinilai Guru Besar UNS Jadi Keberhasilan Taliban Kuasai Afghanistan

- 17 Agustus 2021, 22:34 WIB
Ilustrasi kelompok Taliban
Ilustrasi kelompok Taliban /Reuters/Mohammad Shoiab/

SUKOHARJOUPDATE – Gelombang eksodus besar-besaran rakyat Afganistan ke luar negeri serta sejumlah negara tetangga yang menempatkan perwakilan diplomatik di Afganistan, menyusul keberhasilan Taliban menguasai Kabul serta kaburnya Presiden Afganistan Ashraf Ghani ke Tajikistan mendapatkan tanggapan dari Guru Besar bidang Kajian Timur Tengah Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof. Istadiyantha.

Menurut Prof. Istadiyantha, keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan tidak bisa dilepaskan dari lemahnya pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Joe Biden.

Ia menyampaikan, tuduhan bahwa Joe Biden lemah juga disampaikan oleh Donald Trump. Sebagai lawan politik Joe Biden, Donald Trump mengkritik kebijakan Presiden ke-46 AS ini yang menarik militer AS dari tanah Afghanistan pada Agustus tahun 2021.

Baca Juga: Heboh Polisi Sebut Presiden Lambang Negara, Mantan Ketua MK : Lambang Negara Garuda Pancasila

"Hal ini menjadi peluang bagi Taliban untuk menguasai Istana kepresidenan penguasa Afghanistan, bahkan kota Kandahar, Ghazni, dan Kabul hampir seluruhnya dikuasai oleh Taliban,” ujar Prof. Istadiyantha dlam rilis yang diterima sukoharjoupdate, Selasa 17 Agustus 2021.

Dosen Bahasa Arab di Prodi Sastra Indonesia dan Sosiologi Masyarakat Timur Tengah di Prodi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS ini menuturkan, Taliban dipandang oleh masyarakat sebagai kelompok yang berusaha memulihkan perdamaian dan keamanan serta ingin menegakkan syariat Islam sesuai/versi dengan yang mereka yakini.

Namun, pascaserangan 11 September 2001 atau yang lebih dikenal 9/11, Taliban justru menjadi target serangan negeri Paman Sam, sebab kelompok ini dituduh oleh AS memberikan perlindungan bagi Osama bin Laden yang merupakan pemimpin Al-Qaeda.

Baca Juga: Tambah Lima Guru Besar, UNS Miliki Guru Besar Termuda Berusia 38 Tahun

Amerika Serikat juga menuduh Al-Qaeda yang dipimpin Osama bin Laden sebagai otak dari serangan pesawat mematikan yang menghancurkan menara World Trade Center (WTC) di New York dan Pentagon di Virginia. Walaupun kebenaran atas tuduhan AS kepada Al-Qaeda sebagai pelaku peledakan WTC juga menjadi polemik yang pro dan kontra sampai saat ini.

Prof. Istadiyantha menambahkan, ketika Taliban menolak menyerahkan Osama bin Laden kepada AS, negeri Paman Sam akhirnya menyerbu Afghanistan dan pada tahun 2001 Afghanistan berhasil dikuasai oleh AS.

“Saat itu Mullah Omar (pemimpin Taliban dan merupakan kepala negara Afghanistan dari 1996 sampai 2001) dan para pendukungnya berlindung di Pakistan. Selama 20 tahun AS menduduki Afghanistan dan perlindungan AS ini akan berakhir pada 31 Agustus 2021,” jelas Prof. Istadiyantha.

Baca Juga: HUT RI ke76, Megawati Mimpikan Indonesia Berdiri Hingga Ribuan Tahun

Dengan ditariknya pasukan AS dari Afghanistan,ungkap Prof. Istadiyantha dijadikan momentum oleh Taliban untuk menguasai kembali Afghanistan, di saat militer AS berangsur-angsur meninggalkan negara tersebut.

Selain itu, ia juga mengatakan, keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan tidak dapat dilepaskan dari pandemi Covid-19 yang hingga kini masih melanda dunia.

Prof. Istadiyanta mengungkapkan, hingga kini nampaknya belum ada sinyal perdamaian di antara kedua belah pihak. Ia mengatakan, akan terus memantau dinamika antara Afghanistan-Taliban hingga beberapa waktu yang akan datang.

Baca Juga: Pantau Vaksinasi Pelajar di Solo, Ganjar Klaim Setiap Minggu Jawa Tengah Selalu Gelar Vaksin Massal

Halaman:

Editor: Bramantyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x