Begini Harapan Pemerintah Mengenai Festival Musikal Indonesia di Bulan Agustus 2022

11 Juni 2022, 09:07 WIB
Ilustrasi Festival Musikal Indonesia. //Vishnu R Nair/Pexels.com

BERITASUKOHARJO.com - Sebelumnya, Pemerintah sudah berharap agar Festival Musikal Indonesia di bulan Agustus 2022 bisa dijadikan sebagai wadah yang dapat membawa kebaruan untuk bidang seni dan budaya.

Meskipun kebaruan untuk bidang seni dan budaya, Festival Musikal Indonesia ini diharapakan agar kebaruan tersebut tanpa meninggalkan identitas lokal yang sudah ada.

“Ini (FMI) baik untuk kelokalan-kelokalan kita. Yuk, kita rangkul semuanya sehingga menjadi sesuatu yang baru. interpretasi baru tapi tetap dalam konteks lokal," ucap Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Ahmad Mahendra.

Baca Juga: Simak Ucapan Belasungkawa Presiden Jokowi untuk KH Dimyati Rois

Festival Musikal Indonesia (FMI) ini merupakan program baru dari Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kemendikbudristek yang bekerja sama dengan Yayasan Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI).

"Ilmunya boleh dari luar (negeri), boleh saja, tapi menjadi keindonesiaan itu sangat penting,” ujar Mahendra saat konferensi pers peluncuran FMI secara virtual pada hari Selasa.

Tujuan diadakan festival ini agar dapat memperkenalkan seni pertunjukan atau musikal Indonesia kepada seluruh masyarakat melalui pameran, pentas panggung, dan kegiatan yang lainnya.

Festival Musikal Indonesia ini akan digelar pada tanggal 20-21 Agustus 2022 tepat di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta.

Baca Juga: Kelestarian Terumbu Karang di Wakatobi Harus Dijaga. Jokowi: Sebuah Aset Besar

Sebagai penampilan utama nanti, FMI akan menghadirkan pentas musikal dari tujuh grup antara lain, EKI Dance Company, Artswara, Kampus Betawi, Flodanzoka, Teman Production, Swargaloka dan Jakarta Movin.

Menurut pendapat dari Mahendra, pertunjukan musikal ini acapkali dikenal oleh masyarakat bahwa musikal tersebut berasal dari Inggris dan Amerika.

Namun, faktanya seni yang menggabungkan dengan unsur akting, tari, dan musik ini telah muncul di dalam sebuah pentas tradisional seperti lenong Betawi, ludruk, wayang kulit, Opera Batak, dan lainnya.

Baca Juga: Kisah 'Bucin' Anya Geraldine, Karena Tergila-gila pada Seorang Cowok

Menurut dia, ilmu seni dari luar negeri boleh-boleh saja diserap. Namun, tetap saja nilai kelokalan seyogianya tidak boleh dihingkan ketika sudah diadaptasi menjadi karya yang baru.

Dia pun memberi contoh bagaimana cara pementasan monolog "Inggit Garnasih, seri "Di Tepi Sejarah", atau bahkan di program Sandiwara Sastra dalam bentuk podcast yang sudah diluncurkan baru-baru ini mampu menarasikan sejarah dengan bentuk yang baru.

“Itu adalah misi kami sehingga cerita-cerita itu (dapat) masuk dan didengar generasi muda,” tuturnya.

Dia juga berharap agar FMI bisa mendapat simpati serta minat dari masyarakat.

Baca Juga: Niat Eril ke Swiss Ingin Belajar, Jasad Eril Ditemukan di Swiss oleh Seorang Guru

“Mudah-mudahan ini (FMI) juga mendapat simpati dan minat dari masyarakat yang sudah sangat merindukan bahwa karya-karya besar akan lahir,” katanya.***

Editor: Inung R Sulistyo

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler