Atas dasar hadist inilah, Sunan Kalijaga memperkenalkan puasa Syawal yang dilaksanakan selama 6 hari dari tanggal 2 sampai dengan 7 syawal, sehingga tanggal 8 syawal orang-orang merayakan lebaran, yang dikenal dengan Lebaran ketupat.
Baca Juga: Jajanan yang Disukai Para Bocil, Isiannya Memang Bikin Ketagihan, Cukup Gunakan Bahan Sederhana
Filosofi ketupat sendiri dalam bahasa Jawa, berasal dari kata ‘kupat’ memiliki makna ganda, yakni ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan).
Empat tindakan itu antara lain lebaran (pintu ampunan terbuka lebar), luberan (melimpahi), leburan (melebur dosa), dan laburan (menyucikan diri).
Lebaran menandakan berakhirnya waktu puasa, makna dari luberan (melimpahi) adalah ajakan untuk bersedekah untuk kaum miskin atau mengeluarkan zakat fitrah.
Leburan atau melebur dosa artinya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat Islam diwajibkan untuk saling memaafkan. Sedangkan, laburan bermakna manusia harus menjaga kesucian lahir dan batin.
Prosesi mengakui kesalahan bisa berupa sungkeman anak kepada orang tua, atau orang yang lebih muda kepada yang lebih tua. Prosesi ini merupakan simbol permohonan maaf anak kepada orang tua dan bukti anak menghormati orang tua.
Prosesi ‘mengaku lepat’ tidak hanya berupa sungkeman saja tapi juga berupa memohon maaf dan saling memaafkan antara tetangga, kerabat dekat maupun jauh, teman, hingga masyarakat.