Hasil dari berjualan martabak telur puyuh ini, Ibu Jum dapat membesarkan dan menyekolahkan anaknya hingga kini anaknya sudah lulus dan bekerja.
Dahulu Ibu Jum tak hanya berjualan di daerah Ngupasan, saat siang biasanya pindah ke Pasar Beringharjo, tapi karena tak diperbolehkan untuk berjualan, jadi pasangan suami istri itu akhirnya hanya berjualan di satu tempat saja.
Ibu Jum sendiri berjualan ditemani dengan suaminya yang setia membantu. Mereka buka setiap hari dan hanya tutup ketika ada perlu atau saat sedang lelah dan tak enak badan.
Baca Juga: Super Praktis! Cuma Pake Sosis dan Telur Bisa untuk Lauk Makan Harian, Pedas Gurih Bikin Nagih
Ibu Jum dan suami sudah merasakan berbagai suka duka berjualan, saat harga martabak telur puyuh masih Rp200 yang hanya mendapatkan pendapatan 30.000 per hari.
Bahkan Ibu Jum pernah mengalami kenangan pahit yang sampai saat ini tak bisa dia lupakan, dimana saat itu jualannya sedang sepi namun anaknya sakit dan harus dibawa ke rumah sakit.
Saat itu, Ibu Jum benar-benar tak punya uang sepeser pun bahkan untuk menaiki becak hendak ke rumah sakit saja beliau harus membuka celengan.
Namun, saat ini Ibu Jum sudah menikmati buah manis dari hasil berjualannya, sehari Ibu Jum dapat menjual martabak telur puyuh sebanyak 500 pcs/hari biasa dan 700 pcs atau porsi di hari weekend.