Dikatakannya, pinjaman tersebut, melalui jaminan dari Pemerintah Indonesia, akan meningkatkan jalur transmisi PLN, otomatisasi jaringan listrik, dan fasilitas penyimpanan limbah berbahaya.
Nantinya, pinjaman ini juga memperkuat proses bisnis digitalisasi PLN, seperti pelaksanaan e-procurement dan mendukung pemasangan lebih banyak stasiun pengisian bagi kendaraan listrik.
Selanjutnya, program ini akan bermanfaat bagi perempuan dan anak perempuan, yang menanggung beban tanggung jawab rumah tangga, dalam kegiatan yang bergantung pada energi dan meningkatkan pendapatan, seperti produksi barang lokal, pengolahan pertanian, dan pariwisata.
Saat ini, Jawa sebagai kawasan ekonomi utama Indonesia telah berhasil mencapai akses listrik universal. Namun pertumbuhan ekonominya masih terkendala oleh gangguan listrik dan kebocoran listrik.
Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan lebih tinggi, Jawa diperkirakan memerlukan listrik sebanyak 259 terawatt-jam pada 2030, atau 66,4 persen dari proyeksi kebutuhan listrik di Indonesia.
Guna memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan penguatan jaringan listrik Jawa dan transisi menuju ekonomi rendah karbon, serta kapasitas untuk mengintegrasikan lebih banyak energi terbarukan ke dalam jaringan.
Selain pinjaman tersebut, ADB juga akan mengelola hibah senilai 500.000 dolar AS dari Republik Korea, yaitu Dana e-Asia dan Kemitraan Pengetahuan (e-Asia and Knowledge Partnership Fund) untuk program serupa.
Bantuan teknis ini akan mendanai pelatihan staf PLN dalam penguasaan teknologi yang sedang berkembang pesat, termasuk perencanaan dan otomatisasi sistem jaringan listrik.