Tradisi Meteng Pitung Beruk, Ritual Masyarakat Ponorogo Kelabuhi Musuh

- 28 Februari 2022, 18:20 WIB
Gendut (nomor dua dari kanan) dan para warga Ponorogo, saat melakukan ritual peziarahan di makam R Martopuro.
Gendut (nomor dua dari kanan) dan para warga Ponorogo, saat melakukan ritual peziarahan di makam R Martopuro. /Sukoharjoupdate/Honggo/

 

SUKOHARJOUPDATE - Ponorogo, Jawa Timur memiliki tradisi yang cukup unik, yakni ritual yang diberi nama Meteng Pitung Beruk yang berlaku setiap tahun secara berkala.

Ritual ini berawal pada peristiwa peran Pangeran Diponegoro (1825-1830) melawan Kompeni Belanda.

Kata meteng atau hamil memiliki arti pada wanita yang sedang mengandung janin diperutnya berumur 7 bulan.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Cukur Gundul, Semangati Anak - Anak Penyintas Kanker, Begini Penampakannya

Sedangka beruk (tempurung buah kelapa), jadi nama Meteng Pitung Beruk memiliki makna, wanita hamil 7 bulan dengan perut sebesar batok kelapa.

Ketika itu di Ponorogo yang dikenal dengan warok dan reoknya itu megalami rilis dan keresahan, sehingga menimbulkan perlawanan masyarakat setempat, wilayah itu dijajah dan dikuasai Pememritahan Belanda (VOC).

R Martopura salah satu tokoh, warga setempat bersama para pejuang, lantas menyusun strategi perang untuk melawan penjajah.

Baca Juga: Launching Buku GKR Mangkubumi, Mengulik Sisi Lain Putri Raja Yogyakarta Yang Menginspirasi

Sebab kita kalah modern dibanding dengan Kompeni Belanda yang sudah modern ujar Kanjeng Raden Riya Arya (KRRA) Gendut MN Wreksonagoro Hadipuro, Ketua Pakasa (Paguyuban Kawula Kraton Surakarta) Cabang Ponorogo, Jawa Timur itu.

Halaman:

Editor: Bramantyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah