Gunung Tertua di Jawa Diprediksi Bakal Meletus, Begini Penerawangan Mbah Po

- 21 Desember 2021, 22:35 WIB
 Gunung Lawu diramalkan meletus setelah Semeru.
Gunung Lawu diramalkan meletus setelah Semeru. /Sukoharjoupdate/Bramantyo

SUKOHARJOUPDATE - Beredarnya kabar erupsi dasyat Gunung Lawu bakal terjadi pasca erupsi Semeru menimbulkan keresahan bagi masyarakat. Terutama yang tinggal di lereng Gunung dengan ketinggian 3.265 mdpl ini.

Bagi masyarakat Jawa, Gunung yang dulunya bernama Wukir Mahendra ini dipercaya sebagai Gunung tertua di pulau Jawa. Bahkan, Gunung Lawu yang diyakini porosnya pulau Jawa ini, termasuk kedalam pegunungan purba.

Seorang pemerhati gunung Lawu yang sangat mengerti tentang seluk beluk gunung Lawu, Joko Sunarto menyebutkan erupsi Gunung Lawu hanya Allah SWT saja yang tahu.

Baca Juga: Ingin Cepat Kaya, Dua Warga di Garut Meninggal Setelah Nekat Makan Daging Domba, Satu Kritis

Namun pria yang akrab disapa Mbah Po mengatakan karakter Gunung Lawu berbeda dengan Gunung lainnya.

Meskipun Gunung-gunung didekatnya erupsi, Mbah Po yakin tidak akan mengusik tidur nyenyak Wukir Mahendra.

Menurut Mbah Po, bukan tanpa dasar dirinya berbicara. Pada tahun 2016, gempa tektonik sempat mengguncang lereng Gunung Lawu.

Baca Juga: Seorang Pemuda di Gondangrejo Karanganyar Meninggal Saat Ikut Test Kenaikan Sabuk Silat

Kala itu, titik gempa terjadi di Karangnongko, Ngawi, Jawa Timur. Namun meski titik gempa berada di lereng Gunung Lawu, tidak menunjukkan perubahan terhadap aktifitas gunung Lawu yang masuk dalam kategori gunung istirahat (tidur).

"Pusat gempa yang berada di lereng gunung Lawu ini tepatnya berada di Karangnongko, Ngawi, Jawa Timur. Namun meski berpusat di Gunung Lawu, namun tidak menunjukkan perubahan terhadap aktifitas gunung Lawu," jelas Mbah Po belum lama ini.

Apa yang diutarakan Mbah Po ini senada dengan Kepala Stasiun Geofisika Yogyakarta yang saat itu dijabat oleh Tony Agus Wijaya.

Baca Juga: Menengok Pringgodani, Lokasi Spiritual di Lereng Gunung Lawu, Mulai Bung Karno Hingga SBY Konon Kerap Menyepi

Tony saat itu mengatakan peta tingkat guncangan shake map BMKG saat terjadi gempa kala itu menunjukkan, dampak gempabumi menimbulkan guncangan pada II Skala Intensitas Gempabumi (SIG) BMKG atau III MMI.

Menurut Tony, selama ini gunung Lawu yang memiliki ketinggian 3.265 mdpl masuk dalam kategori gunung tidur.

Berdasarkan catatan sejarah yang dipublikasikan Smithsonian Institusion berdasarkab salah satu reverensi dari AVCEI, 1973-80 juga Post Miocene Volnoes of the word disebutkan Gunung Lawu meletus terakhir pada 28 November 1885.

Baca Juga: Cerita Pilu, Janda Muda Asal Solo Tiga Hari Disekap Dihotel, Dipaksa Layani Nafsu Bejat Tiap Hari

Meski masuk dalam kategori gunung tidur namun beberapa penelitian, Gunung Lawu masih meninggalkan jejak aktivitas. Ditandai dengan adanya bau belerang di kawasan puncak Lawu.

Hasil catatan pusat meteorologi dari Badan Meteorologi menyebutkan pasca gempa bumi sejauh ini tidak ada perubahan dengan aktifitas Gunung Lawu. Hasilnya kondisi aktifitas Gunung yang masuk dalam Seven Summit di Indonesia ini masih dalam kondisi normal.

Aktivitas tektonik yang sempat terjadi pada tahun 2016 dangan aktivitas vulkanik (gunung api) memang sama-sama terjadi di bawah permukaan bumi.

Baca Juga: Upaya Keras Polwan Hilangkan Trauma Warga Terdampak Pasca Erupsi Gunung Semeru

Hanya saja antara vulkanik dan tektonik ini tidak langsung terkait. Perlu pertimbangan faktor lain. Sedangkan gempa yang sempat terjadi di tahun 2016 yang karena pertemuan dua bagian kulit bumi.

"Sedangkan gunung api (vulkanik) lebih dipengaruhi oleh aktifitas magma atau cairan di bawah permukaan bumi yang menyebabkan banyak faktor dan mengakibatkan gunung api itu aktif," terang Tony.

Tony mengungkapkan, ditilik dari pusat gempa yang berada di Gunung Lawu berdasarkan hiposenternya, gempa bumi tersebut merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif yang terdapat di sekitar lereng Gunung Lawu.

Baca Juga: Lirik Lagu dan Chord Gitar Goodbye Air Supply: Disguised

Sesar sendiri adalah pertemuan dua bagian kulit bumi. Dimana di dalam tanah itu ada lapisan batuan dimana ada batas-batas pertemuan atau daerah pertemuan bagian kulit bumi

Sedangkan pemicu gempa bumi yang masuk dalam kategori  gempa bumi dangkal tersebut diakibatkan aktivitas sesar aktif yang terdapat di sekitar lereng Gunung Lawu.

"Pembangkit gempa bumi ini diperkirakan berhubungan dengan struktur sesar aktif yang terdapat di wilayah Karangnongko, Ngawi," jelasnya lebih lanjut.

Baca Juga: Pertamina Pastikan Kondisi Stok Hingga Penyaluran BBM Saat Nataru Aman

Saat itu hasil pemantauan BMKG tidak tercatat adanya gempa bumi susulan.***

Editor: Bramantyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah