Seperti dicontohkan salah satu dari tiga tokoh itu yakni, Karna yang merupakan kakak tertua dari tiga di antara lima Pandawa, yakni Yudistira, Bimasena, dan Arjuna.
"Karna ini adalah seorang ksatria atau pahlawan yang membela saudara- saudaranya, yakni lima Pandawa. Ia rela gugur, rela mati agar Pandawa bisa tetap hidup," terangnya.
Dijelaskan, konsep pentas wayang Sandosa merupakan sebuah alternatif untuk menarik minat anak - anak muda menonton pentas wayang dengan durasi waktu lebih pendek.
"Kalau pertunjukkan wayang kulit biasanya kan semalam suntuk. Nah dengan konsep ini supaya generasi penerus yang tadinya tidak mengenal wayang, kami berharap mereka akan cinta dan senang wayang," ujarnya.
Untuk menggelar pentas ditengah kewaspadaan menjaga kondisi agar kasus Covid-19 yang sudah melandainya tidak kembali naik, latihan sebelum hari 'H' pentas dilakukan terpisah.
"Kami latihan sekira 1,5 bulan. Untuk pemain wayang orang dari Sriwedari latihan sendiri, karawitan penggiring juga latihan sendiri, terus yang pedalangan untuk wayang kulit juga latihan sendiri," paparnya.
Baca Juga: Dihantam Puting Beliung, Sejumlah Pohon Tumbang dan Atap Rumah Warga Sukoharjo Rusak
Dari masing -masing yang terlibat dalam pentas wayang Sandosa ini, mereka baru dipertemukan jadi satu untuk latihan bersama setelah mendekati hari pelaksanaan pentas.
"Kebetulan untuk pemain karawitan (gamelan penggiring) merupakan anak-anak binaan kami di Sanggar Wayang Gogon, termasuk yang pedalangan," pungkasnya.***