Potret Upacara Sesaji Mahesa Lawung, Simbol Peredam Konflik hingga Tradisi Ratusan Tahun

- 24 November 2022, 17:24 WIB
Potret upacara sesaji Mahesa Lawung
Potret upacara sesaji Mahesa Lawung /Inung R. Sulisyto/BeritaSukoharjo.com/

BERITASUKOHARJO.com - Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar upacara sesaji Mahesa Lawung di hutan Krendowahono yang dipimpin oleh GKR Wandansari Koes Moertiyah (Gusti Moeng), upacara sesaji ini berlangsung Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

Rombongan yang turut dalam upacara sesaji Mahesa Lawung berangkat dari Gondorasan, kompleks keraton.

Adapun upacara sesaji Mahesa Lawung atau sesaji Raja Weda berlangsung pada pada Kamis, 24 November 2022.

Baca Juga: Pisang Goreng Naik Level Pakai Resep Ini, Ide Jualan Super Krispi dan Tambah Enak dengan Topping Spesial!

Upacara sesaji Mahesa Lawung ini merupakan tradisi yang sudah berjalan ratusan tahun lamanya. Bahkan, sebelum mataram berdiri dan sudah secara turun-temurun tradisi ini berlangsung.

Berdasarkan liputan langsung BeritaSukoharjo.com, keberangkatan rombongan upacara adat langsung dipimpin oleh Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta GKR Wandansari Koes Moertiyah (Gusti Moeng).

Rombongan yang turut dalam upacara sesaji Mahesa Lawung ini membawa uba rampe atau perlengkapan yang akan digunakan untuk proses sesaji di hutan utara Kota Solo itu.

Baca Juga: Pisang Diolah Seperti Ini Ternyata Lebih Istimewa, Jadikan Cemilan atau Ide Jualan Ekonomis Untung Berlapis

Adapun salah satu uba rampe yang dibawa oleh rombongan tersebut adalah kepala kerbau hitam yang akan ditanam di hutan Krendowahono.

Diketahui bahwa rute arak-arakan upacara sesaji Mahesa Lawung dimulai dari Gondorasan menuju Siti Hinggil Lor Keraton Surakarta Hadiningrat.

Turut dalam arak-arakan tersebut prajurit keraton, yang mana selanjutnya sesaji dan uba rampe didoakan oleh ulama Keraton sebelum dibawa menuju Alas Krendowahono untuk ditanam.

Baca Juga: Siap-siap Banjir Orderan! Ide Jualan Cemilan 1000an Ini Selalu Ludes Diserbu, Wah Rasanya Emang Enak Banget!

Selanjutnya, simbol dari ditanamnya kepala kerbau di hutan Krendowahono memiliki makna yang mendalam.

Menurut Gusti Moeng, ditanamnya kepala kerbau di hutan Krendowahono tersebut berdasarkan keyakinan tradisi Jawa merupakan lawang gapit dari arah Utara yang merupakan pintu masuk magis bagi eksistensi Keraton Dinasti Mataram.

Ditanamnya kepala kerbau merupakan perlambang atau simbol dari harapan semoga segala masalah yang mendera Keraton Surakarta seperti konflik antar saudara dapat terselesaikan.

Baca Juga: Siap-siap Banjir Orderan! Ide Jualan Cemilan 1000an Ini Selalu Ludes Diserbu, Wah Rasanya Emang Enak Banget!

Di samping itu, upacara sesaji Mahesa Lawung diikuti sekitar 300 orang yang masing-masing dari sentono dalem maupun abdi dalem Keraton Surakarta.

Terkait dengan busana peserta Krendowahono, atasan beskap dengan menggunakan bawahan jarik berwarna coklat.

Kemudian, menggunakan blangkon sebagai penutup kepala, berkalung samir kuning keemasan lengkap dengan senjata keris yang diselipkan di belakang pinggang.

Baca Juga: Butuh Cemilan untuk Teman Ngeteh? Yuk Bikin Puding Lapis Surabaya yang Manis dan Lembut dengan Resep Ini!

Sementara di lain sisi, para sentana mengenakan beskap putih, sedangkan para abdi dalem memakai hitam yang semuanya seragam tidak mengenakan alas kaki.

Potret lain yang menarik dari berjalannya upacara sesaji Mahesa Lawung ini adalah antusiasnya masyarakat sepanjang jalan rute arak-arakan.

Masyarakat dari kalangan usia muda, remaja, dewasa hingga tua turut ambil andil meramaikan upacara sesaji Mahesa Lawung yang diadakan setahun sekali ini.***

Editor: Klara Delviyana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x