Sumantri segera mendekati Sukosrono. Dia membujuk Sukosrono untuk menjauh agar tidak menakuti para putri. Tapi Sukosrono tidak mau. Dia ingin bersama Sumantri.
Sumantri lalu menakuti adiknya dengan menodongkan panah. Sukosrono tetap tidak mau.
Tangan Sumantri yang memegang anak panah berkeringat lalu tidak sengaja panah saktinya lepas mengenai Sikosrono. Tewaslah Sukosrono di tangan kakaknya sendiri yang sangat disayanginya.
Sumantri menangisi kepergian adiknya. Tapi semuanya sudah terlambat. Sukosrono sudah pergi.
Mendadak Sumantri mendengar suara Sukosrono di langit. Dia merasa sedih atas perbuatan Sumantri. Tapi dia masih menyayangi Sumantri.
Maka kelak dia akan menjemput Sumantri di hari kematiannya. Ketika ada seorang raja raksasa menyerang, di situlah saatnya Sukosrono akan menjemput.
Beberapa tahun sudah berlalu sejak kejadian itu. Sumantri sudah menjadi patih di Maespati dengan nama Patih Suwondogeni.
Suatu hari, Dewi Citrawati ingin berenang si sungai. Prabu Harjuno Sosrobahu lantas tiwikormo menjadi raksasa untuk membendung sungai Gangga agar tercipta telaga. Ternyata airnya membanjiri Alengko, Kerajaan Rahwono.
Sang raja raksasa marah lalu mendatangi tempat pemandian itu. Sumantri yang menghadapi kemarahan sang raja raksasa. Adu mulut berubah menjadi perkelahian. Awalnya kesaktian mereka berimbang.