K.C. Cruq berpendapat pahatan tersebut merupakan sebuah sengkalan. Sengkalan itu membentuk kalimat, gapura buta anahut buntut (gapura raksasa menggigit ekor)
Kalimat tersebut ditafsirkan sebagai tahun 1359 Saka atau tahun 1437 M. Di sisi lain ada juga pahatan raksasa menelan manusia. Itu ditafsirkan sebagai sengkalan juga.
Kalimatnya menjadi gapura buta mangan wong. Artinya gapura raksasa memakan manusia. Kalimat itu bisa ditafsirkan sebagai angka tahun 1359 Saka atau 1437 M.
Di gapura itu di bagian atas ada pahatan berupa wajah Kala yang khas, yang berbeda dengan Kala di Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Gapura itu berada di halaman pertama yang paling rendah. Ketika pengunjung maju lagi akan sampai pada dua tingkat lagi. Di setiap tingkat ada tembok yang sudah rusak. Bangunan utama Candi Sukuh ada di tingkat ketiga, yang tertinggi.
Di depan bangunan utama candi ada sejumlah patung. Di antaranya tiga patung garuda. Sayang kepalanya sudah hilang.
Salah satu patung garuda memiliki prasasti berangka tahun 1363 Saka atau 1441 M dan 1364 Saka atau 1442 M.
Tepat di depan bangunan utama ada dua buah benda dari batu yang seperti altar. Bentuknya seperti kura kura besar tapi punggungnya rata.