Sejarah Singkat Asal Asul Nasi Liwet, Filosofi, Serta Perbedaan Antara Nasi Liwet Solo dan Sunda

31 Maret 2023, 19:44 WIB
Asal usul nasi liwet serta perbedaan antara nasinliwet Solo dan Sunda /Kolase/

BERITASUKOHARJO.com - Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang beraneka ragam, setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing, meskipun kadang memiliki penamaan yang sama terhadap satu jenis kuliner.

Salah satu contohnya adalah tradisi kuliner nasi liwet, yang ada di Solo dan juga di daerah Jawa Barat atau suku Sunda. Meskipun memiliki nama yang serupa dari kedua jenis kuliner beda daerah ini, tapi memiliki karakteristik yang tidak sama.

Yuk simak sejarah singkat, filosofi, serta perbedaan dari kuliner nasi liwet Solo dengan nasi liwet Sunda dalam artikel berikut ini.

Baca Juga: Buat Lebaran 2023 Anda Ramai Dengan Cobain Resep Opor Ayam Sebagai Pendamping Ketupat

Meski sama-sama memiliki rasa yang gurih, namun perbedaan utama dari nasi liwet Solo dan Sunda adalah terletak pada penggunaan bahannya.

Selain itu, perbedaan nasi liwet Solo dengan Sunda terletak pada menu lauk pauk yang melengkapinya saat disajikan. 

Selain itu tekstur dari nasi liwet Solo dan Sunda juga memiliki perbedaan yang cukup signifikan. 

Baca Juga: Ide Usaha Bisnis Rental Pakaian, Modal Barang Sendiri Bisa Jadi Cuan

Berikut ini BeritaSukoharjo.com telah mengutip perbedaan nasi liwet Solo dan Sunda dari kanal YouTube pendikar bocah angon, dan membagikannya ulang untuk Anda.

Simak dan ikuti  penjelasan singkat mengenai perbedaan nasi liwet Solo dan Sunda sebagaimana berikut.

Pada umumnya, nasi liwet Solo dan Sunda memiliki rasa yang sama-sama gurih.

Hanya saja untuk resep nasi liwet Sunda rasa gurihnya berasal dari bumbu-bumbu seperti lengkuas, cabai, bawang merah, bawang putih, kaldu dan juga ikan teri. 

Baca Juga: Tayang Perdana Bulan April, Simak Sinopsis The Good Bad Mother, Drama Sedih dan Lucu Lee Do Hyun dan Ra Mi Ran

Sedangkan resep nasi liwet Solo memiliki cita rasa gurih dari air, santan dan juga daun salam serta serai. 

Selain itu, nasi liwet Solo cenderung bertekstur basah dengan sedikit kuah. Berbeda dengan nasi liwet Sunda yang hangat dan kering. 

Lauk yang disajikan dalam nasi liwet Sunda berupa lalapan, ayam, sambal, tahu, tempe goreng. 

Sedang nasi liwet Solo cenderung disajikan bersama dengan telur pindang, sambal goreng, santan labu siam, suwiran ayam opor dan kuah kelapa kental. 

Pada masyarakat Jawa sendiri keberadaan nasi liwet sudah tercatat dalam Serat Centhini 1819.

Didalamnya dijelaskan bahwa proses pembuatan nasi liwet telah menjadi tradisi di masyarakat biasa. 

Namun pada sekitar 1930, nasi liwet mulai dikomersilkan, jadi menu andalan di rumah makan atau tempat makan. 

Baca Juga: Tenda Buka Puasa di Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, Roboh Diterjang Angin, Netizen Curigai Ulah Siklon Herman

Nasi liwet Solo dijual atau dipasarkan untuk melayani masyarakat umum dan masyarakat luas. 

Nasi dan lauk pauk dimasak bersama kemudian dicampur dengan ikan, daging ayam, dan sayuran yang biasa dikonsumsi dengan nasi liwet Jawa. 

Nasi liwet Solo dijual di berbagai rumah makan di kota-kota daerah Jawa.

Sejarah nasi liwet berasal dari masyarakat pemukiman petani dan pekerja perkebunan yang lokasi kerjanya jauh, sehingga merepotkan mereka jika harus pulang ke rumah untuk makan.

Maka dibuatlah nasi liwet dengan aneka menu lauk untuk mempermudah para petani bersantap saat istirahat setelah menanam tanaman. 

Nasi liwet Jawa dan Sunda mempunyai satu nilai kebijaksanaan yang sama, yaitu menonjolkan kebersamaan. 

Karena biasanya nasi liwet dihidangkan dalam jumlah banyak untuk dinikmati bersama menggunakan daun pisang.

Nasi disajikan di atas daun pisang dimakan bersama-sama. Suasana kebersamaan begitu terasa. 

Selain itu dalam filosofi nasi liwet juga mengandung nilai gotong royong, karena proses memasaknya melibatkan banyak orang.

Masakan dari beras yang dimasak dengan sayur dan bumbu perlu disajikan dengan kerjasama. Sehingga semakin terasa nilai gotong royong dalam proses membuat nasi liwet.

Menyantap nasi liwet dalam masyarakat Jawa juga memiliki filosofi menjalin silaturahmi.

Tak hanya itu saja, filosofi dalam nasi liwet mengandung nilai gotong royong, saling menjaga, galang kebersamaan dan persaudaraan, dan kekeluargaan, agar tidak adanya pertengkaran dan perseteruan apalagi sampai permusuhan atau perpisahan.***

 

Editor: Syahyurli Ainnur Bahri

Tags

Terkini

Terpopuler