Inspiratif! Sutarman Warga Desa di Boyolali, Ubah Sampah Sayur dan Limbah Sisa Makanan Jadi Biogas

- 18 Mei 2022, 22:11 WIB
Sutarman Menyalakan Kompor Yang Terhubung Dengan Alat Portabel Penghasil Biogas dari Sampah Sayur dan Sisa Makanan
Sutarman Menyalakan Kompor Yang Terhubung Dengan Alat Portabel Penghasil Biogas dari Sampah Sayur dan Sisa Makanan /Choirul Hidayat/BeritaSukoharjo.com

BERITASUKOHARJO.com - Sutarman, warga Desa Urutsewu Ampel Boyolali, secara kreatif berhasil merubah sampah sayur dan sisa makanan sehari-hari di rumahnya menjadi energi biogas yang bisa dipakai.

Sutarman, yang sehari-hari adalah seorang tukang bangunan dan bekerja serabutan di desa, membuat sebuah alat portabel sederhana dari ban mobil bekas, drum plastik serta beberapa pipa dan selang

Setelah dirangkai sedemikian rupa, alat tersebut kemudian digunakan untuk memproses sampah sayur serta limbah sisa makanan menjadi biogas.

Baca Juga: Klaim Indonesia Kaya Tambang dan Punya Potensi Besar Energi Hijau, Presiden Jokowi Undang Amerika Investasi

Biogas tersebut tersebut kini menjadi energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan gas sehari-hari di rumahnya. Sehingga ia kini bisa lebih hemat pengeluaran. Selain itu, biogas yang ia gunakan juga lebih ramah lingkungan.

Sutarman mengungkapkan, Biogas tersebut ia produksi setiap hari dengan menggunakan bahan baku sampah sayur-sayuran yang banyak ia temukan di desanya sebagai desa pertanian.

Ia juga menambahkan sisa nasi serta sisa makanan lainnya yang ada di rumahnya, menurutnya nasi juga memiliki kandungan gas yang sangat banyak.

Baca Juga: Pembangunan IKN, Transisi Energi, dan Perdagangan, 3 Sektor Prioritas Kerja Sama Indonesia–PEA

"Bahan bakunya dari sayur, limbah sayur yang sudah tidak dipakai dimasukkan dengan air. Terus kalau punya sisa nasi sedikit juga dimasukkan, karena nasi itu kandungan gasnya lebih banyak" ungkap Sutarman kepada BeritaSukoharjo.com, 20 Maret 2020.

Sutarman menceritakan, awalnya ia dan pemuda desa setempat mengikuti pelatihan pembuatan biogas menggunakan limbah plastik.

Kemudian terbersit pemikiran dari dirinya untuk menggunakan bahan baku limbah sayur, karena ia melihat limbah sayur ketika membusuk baunya sangat menyengat dan berpotensi memiliki kandungan gas.

Baca Juga: China Nyatakan Mundur, Jepang Siap Gantikan Jadi Tuan Rumah Piala Asia 2023

Ia berpikir, jika menggunakan plastik saja bisa menghasilkan gas, tentunya dengan sayur juga akan dapat menghasilkan gas.

Ia lalu melakukan percobaan produksi biogas dengan bahan baku sayur dengan menggunakan tabung galon air mineral.

Awalnya dalam beberapa hari proses masih belum berhasil, namun setelah 20 hari kemudian mulai muncul angin yang tidak berbau, dan setelah satu bulan mulai muncul aroma bau gas. Ia lalu mencoba menyulutnya dengan api, ternyata berhasi menyala.

Baca Juga: Resep Kue Klepon, Jajanan Tradisional yang Menggugah Selera

Sutarman kemudian berinisiatif mengganti alat penampung gas yang semula dengan galon ke drum plastik besar, dengan tujuan agar gas yang tertampung lebih banyak.

Namun, setelah mencoba menggunakan drum besar ini, awalnya justru terdapat kendala. Yaitu gas yang keluar ke selang semakin banyak, sehingga gas menjadi terbuang percuma.

Dalam posisi seperti ini, kreatifitasnya muncul. Sutarman kemudian mengganti selang keluaran di atas drum tersebut menggunakan ban mobil bagian dalam.

Baca Juga: Tiket Balap Mobil Formula E Jakarta E-Prix Mulai Dijual, Simak Situs Penjualannya

Sutarman dan alat portabel sederhana penghasil biogas buatan sendiri
Sutarman dan alat portabel sederhana penghasil biogas buatan sendiri BeritaSukoharjo.com

Lebih lanjut Sutarman mengatakan, biogas dari limbah sayur ini memiliki karakter yang lebih lembut dan ramah. Berbeda dengan biogas dari kotoran ayam dan kotoran sapi yang juga pernah ia coba, yang menurutnya lebih keras sehingga lebih berbahaya.

Namun bagi Sutarman pribadi, biogas dari sayur atau kotoran hewan lebih ramah dan lebih aman dibanding gas tabung konvensional yang ada di pasaran pada umumnya, karena ketika terjadi kebocoran gas tabung konvensional lebih mudah terbakar dan meledak.

Saat menggunakan biogas dengan drum plastik, ketika terjadi kebocoran ia cukup mengelemnya dengan lem G yang diberi campuran tepung, baginya cukup mudah dan murah serta kuat.

Baca Juga: Jokowi Cek Sirkuit Formula E, Anies Baswedan Sumringah

Lewat ketrampilannya membuat alat portabel penghasil biogas tersebut, Sutarman kemudian juga banyak membantu tetangga dan rekannya yang ingin membuat alat portabel sejenis yang digunakan di rumah mereka masing-masing.

Lebih lanjut Sutarman mengatakan, modal awal untuk membuat alat portabel penghasil biogas tersebut cukup terjangkau yaitu sebesar 1 juta rupiah sebagai modal awal untuk membeli drum, pipa, selang dan ban bekas.

Menurut dia, kebutuhan paling mahal adalah untuk membeli spuyer, yaitu alat untuk menyambungkan selang ke kompor, alat tersebut merupakan alat khusus yang diproduksi pabrik untuk kebutuhan kompor gas.

Baca Juga: Viral, Aksi Adu Balap Sekelompok Pemuda Berakhir di Semak-semak, Netizen: Alhamdulillah kameramen selamat

Dengan modal tersebut,  selanjutnya kita hanya perlu memasukkan bahan baku sampah sayur atau sampah organik dan limbah sisa makanan kedalam drum untuk memproduksi gas sehari-hari.

Semakin sering di isi bahan baku limbah sayuran, maka akan semakin baik dan semakin memperbanyak kandungan gas didalamnya, sehingga setiap saat bisa digunakan, tidak perlu memproduksi bahan gas dari awal yang memerlukan waktu hingga satu bulan.

Pada kesempatan saat ditemu BeritaSukoharjo.com di rumahnya, Sutarman memasak sebuah telur ceplok dan mi instan dengan menggunakan biogas berbahan baku limbah sayur sawi dan kol yang juga baru beberapa saat sebelumnya ia masukkan dan diproses menjadi gas.

Baca Juga: Pemilik Jembatan Perahu di Karawang Kembali Viral, Beli Mobil Dengan Uang Koin 1 Ton

Api dalam kompor terlihat biru normal, api juga stabil dan yang istimewa gas tersebut cukup lembut serta tidak berbau menyengat.

Itulah sebuah kisah dan inovasi serta kreatifitas yang luar biasa dari seorang pemuda desa di Boyolali yang layak diapresiasi.

Berkat kreatifitasnya, ia bisa berhemat dan menciptakan energi baru yang "hijau" dan ramah serta bermanfaat bagi kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya.***

Editor: Choirul Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x