Simak! Begini Penjelasan BMKG Soal Suhu Panas di Awal Mei

- 17 Mei 2022, 19:21 WIB
BMKG memberikan penjelasan dan alasan mengapa suhu udara sejak awal Mei terasa panas.
BMKG memberikan penjelasan dan alasan mengapa suhu udara sejak awal Mei terasa panas. /Pexels/Pixabay

BERITASUKOHARJO.com - BMKG alias Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akhirnya buka suara menjelaskan terkait suhu panas yang terasa menyengat belakangan ini.

Seperti diketahui, sejak awal Mei 2022, suhu udara panas banyak dirasakan oleh masyarakat Indonesia di berbagai daerah.

Hal itu juga dibuktikan dengan hasil analisis iklim dasarian pada periode 1 hingga 10 Mei 2022 lalu.

Hasil analisis BMKG tersebut menunjukkan bahwa suhu muka laut di wilayah Samudera Hindia barat Sumatera dan Laut Jawa lebih hangat.

Baca Juga: Cara Penanganan Penderita Migrain Yang Tepat Agar Cepat Sembuh

Dengan demikian, keadaan tersebut akan menambah suplai udara lembap lantaran adanya penguapan intensif dari permukaan lautan.

Adapun hal tersebut disampaikan oleh Urip Haryoko, pelaksana tugas Deputi Klimatologi BMKG, melalui keterangan tertulisnya pada Selasa, 17 Mei 2022.

Di sisi lain, berdasarkan analisis sirkulasi angin, terdapat pusaran kembar (double vortex) di bagian utara dan selatan belahan bumi sebelah barat Sumatra.

Hal itu disebut sebagai manifestasi atas aktifnya gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) di area tersebut.

Baca Juga: Bedanya Zinidin Zidan dengan Zinedine Zidane, Jangan Sampai Salah Orang

Sementara itu, di atas Pulau Kalimantan ternyata juga muncul vortex, meskipun sebenarnya lebih lemah.

Namun, tetap saja, kondisi tersebut menjadi alasan angin yang berada di atas sebagian wilayah Jawa dan Sumatera menjadi lemah dan cenderung stabil

Akibatnya, udara yang lembap dan panas cenderung tertahan tidak bergerak ke mana-mana.

Sirkulasi massa udara memicu tertahannya masa udara panas di atas sebagian wilayah Sumatera dan Jawa, sehingga mengamplifikasi Mei yang panas.

"Kondisi udara yang terasa panas dan tidak nyaman dapat disebabkan oleh suhu udara yang tinggi," terang Urip, dikutip BeritaSukoharjo.com dari Antara pada Selasa, 17 Mei 2022.

Baca Juga: Pengaruh K-Pop Generasi ke-4, Popularitasnya Sampai ke Eropa dan Amerika

Dijelaskan pula bahwasanya udara tinggi terjadi pada udara yang kelembapannya juga tinggi.

Hal itu kemudian akan terlesan "sumuk". Sementara itu, jikalau udaranya kering, maka akan terasa "terik" dan membakar. ***

Editor: Inung R Sulistyo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah