BERITASUKOHARJO.com - Dunia perfilman Indnesia sedang berduka, aktor senior Ikranagara meninggal dunia pada usia ke-79 tahun di Bali. Salah satu perannya yang menonjol adalah dia menjadi KH Hasyim Asy’ari dalam film Sang Kiai.
Kabar meninggalnya aktor Ikranagara ini disampaikan oleh putranya, Innosanto Nagara di Facebook.
Aktor Ikranagara lahir pada 19 September 1943 dan meninggal dunia pada, Senin, 6 Maret 2023. Aktor sekaligus sutradara ini dimakamkan di Pemakaman Jawa, Denpasar, Bali.
Baca Juga: Resep Tomyum Khas Thailand yang Mudah dan Enak dengan Bahan Sederhana
”Berita duka, Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un, telah berpulang ke Rahmatullah, suami, ayah, datuk tercinta kami H Ikranagara pada usia 79 tahun di Bali,” tulisnya di Facebooknya.
“Selalu menyayangi. Selalu bertunangan. Tidak takut untuk bersikap ekspresif. Itu ayah saya,” tulis Innosanto Nagara.
Ungkapan duka juga datang dari Instagram Festival Film Indonesia.
“Selamat jalan, Ikranagara. Terima kasih atas cinta dan dedikasimu pada dunia perfilman Indonesia,” tulis admin Instagram Festival Film Indonesia.
Baca Juga: Dessert Cocok untuk Bisnis Ramadhan 2023, Modal Dikit Untung Melejit, Cobain Pancake Mangga
Ikranagara merupakan seorang aktor, pelukis, sastrawan dan juga penulis skenario. Salah satu perannya yang paling menancap di hati masyarakat ialah ketika menjadi Pak Harfan, Kepala SD Muhammadiyah Gantong, Belitong di film Laskar Pelangi tahun 2008.
Aktor senior ini berperan cukup total dalam film Kejarlah Daku Kau Kutangkap tahun 1987 serta Keluarga Markum tahun 1986.
Setelah itu, namanya kembali terang lagi saat berperan lagi di film Laskar Pelangi, Garuda di Dadaku tahun 2009 dan Sang Kiai tahun 2013.
Ikranagara pernah menorehkan prestasi sebagai nominasi Piala Citra FFI untuk kategori pemeran pendukung pria terbaik lewat film Kejarlah Daku Kau Kutangkap tahun 1987 dan sebagai pemeran utama pria terbaik lewat film yang cukup mengangkat namanya, Sang Kiai tahun 2013. Dalam film tersebut, Ikranagara memerankan sosok KH Hasyim Asy’ari
Ikranagara merupakan seniman serba bisa. Dia lahir di Kota Negara, daerah Loloan, suatu perkampungan Muslim di Bali Barat, 19 September 1943.
Ibunya berdarah Jawa-Bali dan ayahnya berdarah Makassar-Madura. Ibunya mengajar di sekolah rakyat sedangkan ayahnya bekerja sebagai pedagang toko kelontong.
Dia tumbuh menjadi anak yang suka sekali membaca, masa remajanya dihabiskan untuk bermain teater. Dia beberapa kali pentas dengan Putu Wijaya. Dan sempat bermain di Teater Kecil pimpinan Arifin C Noer.
Ikranagara sempat mengenyam pendidikan di fakultas Teknik dan fakultas Kedokteran UGM, namun tidak lulus. Dia juga sempat berkuliah di Fakultas Psikologi, lagi-lagi tidak lulus.
Ikranagara menikah dengan gadis California Kay Glassburner tahun 1970. dia dikaruniai dua putra bernama Innosanto yang lahir tahun 1970 dan Bino lahir tahun 1980.
Tahun 1973 dia mengikuti istrinya yang kembali ke California untuk menyelesaikan program PhD. Di sana, Ikranagara juga memperdalam pengetahuannya di East West Centre Universitas Hawaii.
Setelah kembali ke Indonesia, dia juga beberapa kali menjadi dosen tamu di universitas di luar negeri. Dia juga berkarier di perfilman Indonesia.
Selain itu, Ikranagara juga menulis sejumlah puisi serta beberapa artikel yang diterbitkan di media massa seperti koran Buana, Republika dan Horison.**