Eropa vs Rusia, Alasan Vladimir Putin Disebut Penipu Setelah Konsep Kebijakan Luar Negeri 2023 Dirilis

- 2 April 2023, 06:18 WIB
Vladimir Putin disebut penipu karena Konsep Kebijakan Luar Negeri 2023 oleh masyarakat Eropa
Vladimir Putin disebut penipu karena Konsep Kebijakan Luar Negeri 2023 oleh masyarakat Eropa /Instagram @president_vladimir_putin

BERITASUKOHARJO.com – Konsep Kebijakan Luar Negeri Rusia 2023 membuat Vladimir Putin disebut penipu oleh banyak orang di beberapa sosial media.

Kementerian Rusia telah mengeluarkan Konsep Kebijakan Luar Negeri Rusia 2023 yang terbaru oleh Vladimir Putin dan disambut dengan sebutan penipu oleh banyak orang.

Konsep Kebijakan Luar Negeri Rusia 2023 diumumkan secara resmi pada hari Jumat, 31 Maret 2023 dan banyak warganet yang menganggap bahwa Vladimir Putin adalah penipu.

Dilansir dari situs Mint oleh BeritaSukoharjo.com pada Sabtu, 1 April 2023, Konsep Kebijakan Luar Negeri Rusia 2023 yang berbentuk dokumen berisi 42 halaman itu justru membuat Vladimir Putin dianggap seperti penipu.

Pembahasan utama dalam dokumen kebijakan tersebut berisi tentang penjelasan dan identifikasi China dan India yang menjadi sekutu utama Rusia di antara negara lain.

Baca Juga: Tidak Perlu Beli Good Time, Resep Mudah Biskuit Cookies Cokelat Chips untuk Menu Isian Toples Lebaran 2023

Kementerian Luar Negeri Rusia mengungkapkan tentang dokumen kebijakan luar negeri tersebut sebagai bentuk 'perdamaian, terbuka, dapat diprediksi, konsisten, dan pragmatis’.

Namun, salah satu isi dari dokumen tersebut tertulis tentang kebijakan agresif yang dijalankan beberapa negara Eropa bertujuan untuk menciptakan ancaman terhadap keamanan dan kedaulatan Federasi Rusia.

Dokumen kebijakan luar negeri Rusia yang telah diperbarui tersebut juga menyebut bahwa Amerika Serikat adalah negara penggerak ‘anti-Rusia’ dan ancaman utama bagi stabilitas internasional.

Faktor utama yang mempersulit hubungan baik antara Rusia dan beberapa negara Eropa adalah strategi Amerika Serikat dengan sekutunya untuk memisahkan Rusia dan Eropa.

Baca Juga: Kilang Minyak Pertamina Dumai Meledak, Plafond Runtuh, Kaca Rumah Pecah, Warga Sekitar Berhamburan

“AS dan beberapa sekutunya menarik dan memperdalam garis pemisah di kawasan Eropa yang bertujuan untuk melemahkan dan merusak daya saing ekonomi Rusia dan Eropa, negara lain, serta untuk membatasi kedaulatan negara-negara Eropa dan memastikan dominasi global AS," bunyi dokumen kebijakan Rusia tersebut.

Kebijakan yang Eropa jalankan itu juga bertujuan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi secara sepihak dan mendorong stabilitas politik dalam negeri mereka sendiri.

Selain itu, tertulis juga bahwa negara bagian Eropa bermaksud untuk melunturkan nilai spiritual dan moral tradisional Rusia serta menghambat kerjasama Rusia dengan negara sekutu.

“Faktor utama yang mempersulit normalisasi hubungan antara Rusia dan negara-negara Eropa disebabkan oleh langkah strategis AS dan sekutunya untuk menarik dan memperdalam garis pemisah di kawasan Eropa untuk melemahkan dan merusak daya saing ekonomi Rusia terhadap Eropa,” begitu tulisan dalam salah satu dokumen.

Baca Juga: Bahaya Mie Instan untuk Kesehatan Anak! Yuk, Simak Penyebabnya di Sini

Berbeda dengan pernyataan tentang negara bagian Eropa, Konsep Kebijakan Luar Negeri Rusia (2023) menuliskan tentang kerjasama erat dengan India dalam berbagai bidang untuk saling menguntungkan.

Rusia juga berencana membangun kemitraan yang strategis dan istimewa dengan India dalam semua bidang.

Selain itu, kerjasama ini juga memprioritaskan kapasitas peran dalam kelompok internasional seperti BRICS atau Organisasi Kerjasama Shanghai dan RIC (Rusia, India, China).

Sebelum kebijakan ini keluar, Rusia sudah menjadi pemasok senjata terbesar untuk India dan menjadi penyumbang 50% kepada India.

Baca Juga: Cara Paling Simple Bikin Kue Leker Crepes Teflon, Cuma Pakai Takaran Sendok Hasil Mantap! Dijamin Anti Gagal

“Dasar saling menguntungkan dan memberikan penekanan khusus pada peningkatan volume perdagangan bilateral, penguatan investasi dan ikatan teknologi dan memastikan perlawanan mereka terhadap tindakan destruktif negara-negara yang tidak bersahabat dan aliansi mereka," tulis kalimat dalam pernyataan kebijakan tersebut.

Perbedaan bentuk kebijakan terbaru dari Rusia ini sangat kontradiktif dengan kata perdamaian yang disebutkan oleh Organisasi Kementerian Rusia.

Banyak warganet yang mengomentari dokumen tersebut sebagai tipuan Vladimir Putin karena Rusia masih melakukan invasi kepada negara Ukraina.

Tidak sedikit orang juga membuat meme dengan menunjukkan gambar Presiden Vladimir Putin sebagai orang yang bertolak belakang dengan kalimat perdamaian yang dilontarkan.***

Editor: Risqi Nurtyas Sri Wikanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x