Network
/photo/2022/02/28/1333850583.jpg)
SUKOHARJOUPDATE - Asal-usul nama Desa Pancot , Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar berdasarkan budaya lisan dari cerita legenda itu yang terjadi secara turun-temurun menceritakan, ketika itu terjadi perkelahian antara Putut Tetuka (kastria) melawan Prabu Baka (raja kanibal) yang suka memangsa manusia.
”Untuk mengenyahkan Prabu Baka yang membuat resah dan takut warga dari bumi itu, kepala dibanting dan tubuhnyadipancot atau diijak hingga masuk dalam tanah oleh Putut Tetuka” kata Maryoto (76) sesepuh Desa Pancot.
Kepala Prabu Baka itu dibanting pada sebuah batu gilang, akhirnya batu tersebut diberi nama batu Gilang (watu Gilang).
Baca Juga: Kabar Duka, Miyono Paman Presiden Joko Widodo Meninggal Dunia di Usia 82 Tahun
Sejak saat itulah dusun itu diberi nama Dusun- Desa Pancot. Adapun tempat bekas gigi taring Prabu Baka, tumbuh tanaman bawang putih. Selain itu bekas gigi gerahamnya tumbuh tanaman bawang merah.
“Sejak saat itulah sampai sekarang tanaman bawang, baik bawang merah dan bawang putih menjadi komoditas andalan atau tanaman pertanian utama dari masyarakat desa Pancot,” sambungnya.
Dalam cerita legenda itu, sebelum ajal, Prabu Baka berpesan agar setiap jatuh wuku Mondosiyo di hari Selasa Kliwon diadakan upacari bersih desa Mondosiyo, dengan memberi sesaji di tempat-tempat keramat.
Baca Juga: Tolak Jokowi Tiga Periode, Rocky Gerung Sebut Megawati Sebatas Gertakan Sambel
Seperti jika Bale Pathokan (tempat perkelahian ), Watu Gilang (tempat kepala Prabu Baka perkelahian) dan Pertapan Pringgondani (tempat pertapan Putut Tetuko atau Eyang Kacanegara).
