Pentas Seni Suran di Solo, Ajak Milenial Mencintai Budaya lewat Kolaborasi Wayang Kulit dan Wayang Orang

24 Oktober 2021, 17:02 WIB
Pentas wayang Sandosa, kolaborasi wayang kulit dan wayang orang oleh Sanggar Wayang Gogon bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Kota Solo /Sukoharjo Update / Nanang Sapto Nugroho

 

 

SUKOHARJOUPDATE- Dengan setting panggung berlatar layar lebar berwarna putih, sebuah pentas kolaborasi wayang kulit dengan wayang orang di gelar di Sentra Industri Kecil Menengah (IKM) Kreatif Semanggi Harmoni, Kota Solo.

Kegiatan bertajuk 'Pentas Seni Suran' wayang kolaborasi Sandosa ini, bertujuan mengajak masyarakat khususnya anak muda/milenial mengenal cerita wayang yang sarat pesan positif.

Pertunjukkan yang digagas Dinas Kebudayaan Kota Solo bekerjasama dengan Sanggar Wayang Gogon ini mengambil lakon, 'Tripama Kawedhar' dengan durasi sekira 1,5 jam.

Baca Juga: Wilayah Sukoharjo Selatan Mulai Dilanda Kekeringan, Satlantas Kirim Air Bersih 4 Tanki

Tripama Kawedhar menceritakan sepak terjang tiga tokoh, Karna, Bambang Sumantri, dan Kumbakarna. Ketiganya merupakan ksatria yang rela berkorban tanpa berharap balasan.

Margono, salah satu dalang wayang kulit dari Sanggar Wayang Gogon yang terlibat dalam pentas menjelaskan, cerita yang dipilih dalam pentas diselaraskan dengan dinamika kehidupan.

"Ini adalah untuk percontohan tentang pentingnya memiliki jiwa ksatria, membantu tanpa pamrih terhadap saudara, atau sesama manusia," kata Margono disela pentas, Sabtu 23 Oktober 2021 malam.

Baca Juga: Peroleh Hibah ICT, UMS Siap Kirim 10 Mahasiswa ke 3 Negara

Seperti dicontohkan salah satu dari tiga tokoh itu yakni, Karna yang merupakan kakak tertua dari tiga di antara lima Pandawa, yakni Yudistira, Bimasena, dan Arjuna.

"Karna ini adalah seorang ksatria atau pahlawan yang membela saudara- saudaranya, yakni lima Pandawa. Ia rela gugur, rela mati agar Pandawa bisa tetap hidup," terangnya.

Dijelaskan, konsep pentas wayang Sandosa merupakan sebuah alternatif untuk menarik minat anak - anak muda menonton pentas wayang dengan durasi waktu lebih pendek.

Baca Juga: Lulus S2 UVBN Sukoharjo, Leani Ratri Oktila Ratu Para Badminton Indonesia dapat Ucapan Selamat dari Menpora

"Kalau pertunjukkan wayang kulit biasanya kan semalam suntuk. Nah dengan konsep ini supaya generasi penerus yang tadinya tidak mengenal wayang, kami berharap mereka akan cinta dan senang wayang," ujarnya.

Untuk menggelar pentas ditengah kewaspadaan menjaga kondisi agar kasus Covid-19 yang sudah melandainya tidak kembali naik, latihan sebelum hari 'H' pentas dilakukan terpisah.

"Kami latihan sekira 1,5 bulan. Untuk pemain wayang orang dari Sriwedari latihan sendiri, karawitan penggiring juga latihan sendiri, terus yang pedalangan untuk wayang kulit juga latihan sendiri," paparnya.

Baca Juga: Dihantam Puting Beliung, Sejumlah Pohon Tumbang dan Atap Rumah Warga Sukoharjo Rusak

Dari masing -masing yang terlibat dalam pentas wayang Sandosa ini, mereka baru dipertemukan jadi satu untuk latihan bersama setelah mendekati hari pelaksanaan pentas.

"Kebetulan untuk pemain karawitan (gamelan penggiring) merupakan anak-anak binaan kami di Sanggar Wayang Gogon, termasuk yang pedalangan," pungkasnya.***

Editor: Nanang Sapto Nugroho

Tags

Terkini

Terpopuler