Sejarah Kota Blitar dari Masa ke Masa, Konon Pernah Dikuasai Bangsa Tartar

- 1 April 2023, 17:36 WIB
Sejarah Kota Blitar
Sejarah Kota Blitar /Dok. blitarkota.go.id

BERITASUKOHARJO.com – Pada tanggal 1 April, banyak orang yang berbondong-bondong merayakan April Mop. Namun, bagi warga Blitar sendiri, tanggal tersebut merupakan peringatan hari lahirnya Kota Blitar.

Kota Blitar merupakan kota kecil di provinsi Jawa Timur. Kota ini memiliki banyak julukan yakni Kota PETA, Kota Koi, Kota Patria serta Kota Proklamator, tempat dimakamkannya Bung Karno.

Penamaan Blitar itu sendiri memiliki sejarah panjang, bahkan beberapa kali pernah mengalami pergantian nama dari masa ke masa.

Dirangkum oleh BeritaSukoharjo.com melalui berbagai sumber, sejarah berdirinya Kota Blitar terbagi menjadi beberapa era yang akan dibahas selengkapnya di bawah ini!

Baca Juga: Layanan Daring UPTP Perdagangan, Mempermudah Proses Perizinan Para Pengusaha Indonesia

Sejarah Kota Blitar dimulai dari era Majapahit hingga era kemerdekaan. Simak dengan seksama dari awal sampai akhir artikel.

1. Era Majapahit

Mulanya, wilayah Blitar masih berupa hutan belantara pada masa kerajaan Majapahit di abad 15. Saat itu, Blitar dikuasai oleh bangsa Tartar yang keberadaannya mengancam eksistensi kerajaan tersebut.

Salah satu utusan Majapahit yang bernama Nilasuwarna, putra Adipati Wilatika Tuban, mendapat tugas untuk menumpas pasukan Tartar di dalam hutan selatan (Blitar dan sekitarnya).

Singkat cerita, Nilasuwarna berhasil mengalahkan pasukan Tartar. Sebagai imbalannya, Nilasuwarna diberi hadiah untuk membabat alas dan mengelola hutan selatan yang pernah menjadi medan perang saat menaklukkan bangsa Tartar.

Baca Juga: Resep Puding Coklat Keju Lumer untuk Ide Takjil Buka Puasa yang Dicari Banyak Orang

Atas keberhasilannya, ia diberi gelar sebagai Adipati Ariyo Blitar I. Kawasan hutan selatan yang dikelolanya ia namai sebagai Balitar (Bali Tartar).

Nama tersebut merupakan sebuah peringatan akan keberhasilannya dalam menguasai hutan tersebut.

Masa pemerintahannya pernah diwarnai dengan pemberontakan oleh Ki Sengguruh, seorang Patih Kadipaten Blitar. Sang Patih berhasil merebut tahtanya dan bergelar Adipati Ariyo Blitar II.

Namun, pemberontakan tersebut berhasil ditumpas kembali oleh Djoko Kandung, putra Adipati Ariyo Blitar I. Atas keberhasilannya, dia mendapat gelar Adipati Ariyo Blitar III.

Baca Juga: Cara Membuat Ketan Kuning Unti Kelapa yang Pulen, Manis, dan Gurih, Ide Jualan Takjil 2023 Mengenyangkan!

Berdasarkan sejarahnya, Djoko Kandung tidak pernah mau menerima tahta tersebut, meskipun secara de facto dia menjadi pemimpin Kadipaten Blitar

2. Penjajahan Belanda

Sekitar tahun 1723, Kadipaten Blitar berada dalam wilayah Kerajaan Kartasura Hadiningrat. Saat, itu Djoko Kandung (Ariyo Blitar III) masih menjabat sebagai pemimpin Kadipaten.

Namun, oleh Raja Amangkurat, wilayah Kadipaten Blitar diberikan kepada pihak Belanda karena telah membantu meredam perang saudara di wilayah kekuasaannya, termasuk pemberontakan yang dilakukan oleh Ariyo Blitar III.

Dari situlah, keberadaan Kadipaten Blitar mulai jatuh ke tangan kolonial Belanda. Meskipun Blitar berada di bawah kekuasaan Belanda, gerakan perlawanan terus terjadi.

Baca Juga: Simak Sejarah dari April Mop, Jadi Alasan Orang untuk Bebas Berbohong dan Buat Lelucon Negatif

Untuk meredam perlawanan tersebut, pihak pemerintahan kolonial Belanda mengeluarkan sebuah peraturan berupa Staatsblad van Nederlandche Indie Tahun 1906 Nomor 150 tanggal 1 April 1906.

Peraturan tersebut berisi ketetapan akan pembentukan Gemeente Blitar. Tanggal ditetapkannya peraturan tersebut menjadi momentum lahirnya Kota Blitar.

Pada tahun 1928, Kota Blitar pernah mengalami perubahan nama menjadi Residen Blitar. Namun, sejak dikeluarkannya Stb. Tahun 1928 Nomor 497, nama Gemeente Blitar digunakan kembali.

Baca Juga: WOW! Pakai Rice Cooker dan Resep Ini Bisa Hasilkan Nasi Liwet Endes, Menu Buka Puasa dan Sahur Super Simple

3. Pendudukan Jepang

Ketika memasuki pendudukan Jepang pada tahun 1942, Gemeente Blitar berganti istilah menjadi Blitar Shi. Pada masa itu, terdapat peristiwa paling bersejarah, yaitu pemberontakan PETA.

Pemberontakan tersebut terjadi pada tanggal 14 Februari 1945 dan dipimpin oleh Soedancho Suprijadi.

Di saat yang sama, juga terjadi peristiwa pengibaran Sang Saka Merah Putih di tiang bendera seberang asrama PETA.

Baca Juga: MURAH! Buka Puasa Cukup dengan Resep Tempe Pedas Manis, Modal Rp5000 Kenyang Tanpa Ribet

Tiang bendera tersebut sekarang berada di dalam kompleks Taman Makam Pahlawan Raden Widjaya atau yang dikenal sebagai Monumen Potlot.

4. Era Kemerdekaan – Sekarang

Saat Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1945 tentang perubahan nama dari Blitar Shi menjadi Kota Blitar hingga sekarang.

Pengesahan undang-undang tersebut merupakan bukti dari warga Kota Blitar yang mewujudkan cita-cita perjuangannya dan berikrar di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),

Kini, Kota Blitar menjadi daerah yang banyak dikunjungi rakyat Indonesia. Kota kecil ini menyimpan banyak peristiwa penting yang menjadi sejarah kemerdekaan Indonesia. Tak heran, Kota Blitar begitu dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia.***

Editor: Risqi Nurtyas Sri Wikanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x