Detik-Detik Pembantaian Pierre Tendean di Lubang Buaya, Pengakuan Mengerikan Para Penculik, Pentolan G30S PKI

27 September 2022, 14:31 WIB
Mengenal sosok Pierre Tendean, sang Kapten rendah hati yang jadi Pahlawan Revolusi di G30S PKI /Instagram/@pierresangpatriot

BERITASUKOHARJO.com - Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S PKI) adalah sejarah kelam yang paling memilukan setelah kemerdekaan Indonesia.

G30S PKI terjadi di ujung malam 30 September, dimana peristiwa berdarah tersebut terjadi hingga dini pada 1 Oktober 1965.

G30S PKI adalah gerakan pemberontakan yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang mengincar dan menculik para perwira tinggi TNI AD.

Tiga dari tujuh orang jendral yang menjadi target, tiga orang dibunuh langsung di kediamannya, sementara, Jenderal AH Nasution yang saat itu menjadi target utama malah lolos, dan berganti dengan Lettu Pierre Tendean yang saat itu mengaku sebagai Nasution.

Baca Juga: Bukan Semur Daging atau Tahu, Coba Masak Telur dengan Bumbu Spesial Ini, Dijamin Bikin Ketagihan

Inilah sepenggal pengakuan mengerikan para pembantai Pierre Tendean di Lubang Buaya.

Cerita ini dikutip dari buku, "Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi, Biografi Resmi Pierre Tendean," yang dinarasikan ulang oleh kanal YouTube Intel Melayu, dan kembali  dirangkum ulang oleh BeritaSukoharjo.com dalam artikel ini.

Pengakuan pembantai para jenderal di Lubang Buaya ini berdasarkan kesaksian para pelaku yang terlibat dalam eksekusi para perwira TNI AD yang berhasil diculik dalam keadaan hidup-hidup di Mahkamah Militer Luar Biasa.

1. Pierre Diragukan Sebagai Jenderal Nasution

Menurut pengakuan Mayor Udara Gatot Soekrisno di Mahmilub, setiba mereka di Lubang Buaya, Pierre dan Brigjen Jenderal Sutoyo dibawa ke rumah Pak Basar di dekat sumur.

Baca Juga: Cara Mudah Bikin Tahu Kriwil Super Enak Krispi, dan Gurih, Cemilan Sekaligus Lauk Makan Praktis, 5 Menit Jadi!

Gatot kemudian mengirim kurir ke Central Komando (Cenko) dengan pesan pemberitahuan bahwa jenderal-jenderal telah sampai di Lubang Buaya.

Brigjen Supardjo waktu itu menjawab dengan mengirim surat yang berbunyi: "Bereskan.”

Mayor Gatot sebenarnya sudah meragukan tawanan yang memakai jaket biru dan celana panjang hijau adalah Jenderal Nasution, sasaran yang mereka tuju.

Di persidangan ia menyatakan ragu karena Pierre masih muda dan jelas bukan Jenderal Nasution.

Saat Pierre diinterogasi oleh Gatot, saat itu Pierre mengaku hanyalah seseorang yang bertugas sebagai tukang genset di kediaman Jenderal Nasution.

Kemudian Gatot sendiri yang pergi ke Cenko untuk memastikan nasib tawanan yang satu ini.

Baca Juga: Bikin Lauk Makan dari Tumis Usus Ayam dan Kacang Panjang, Bikin Keluarga Lahap Makan, Simak Resepnya!2. Pierre dan Brigjen Sutoyo Dipukul hingga Membuat Luka Menganga

Sementara itu pengakuan anggota Pasukan Gerak Tjepat (PGT), Suprapto dan Suwandi, yang juga hadir di lokasi atau di kediaman Pak Basar.

Saat itu melihat kedatangan dua tawanan yakni Pierre Tendean dan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo yang diikat kaki dan tangannya.

Keduanya mendapatkan siksaan dengan kejam. Kepala keduanya dipukul dengan benda tumpul, termasuk popor senapan, hingga muncul luka menganga.

3. Sebelum Ikut Disiksa Pierre Menyaksikan Para Jenderal Disiksa dari Kamar Piket 

Menurut Suparno, anggota Pemuda Rakyat PKI kedua tawanan tersebut saat datang masih sadar dan bisa berjalan sendiri, lalu mereka ditempatkan di kamar piket.

Di antara yang ikut menyiksa keempat perwira Angkatan Darat itu adalah sukarelawati Gerwani.

Dari kamar piket inilah seharusnya Pierre melihat peristiwa penyiksaan jenderal-jenderal hingga gugur, sebelum akhirnya dirinya juga menjadi korban penutup rangkaian pembunuhan itu.

Baca Juga: Bikin Bolu Kukus Cantik 4 Bahan, Paling Mudah Dibuat Pemula, Cemilan Murah Meriah, Hasilnya Lembut dan Empuk

4. Pemuda Rakyat dan Gerwani Mengamuk Pada Pierre Mengetahui Mereka Salah Culik

Sersan Mayor Boengkoes, yang pada dini hari 1 Oktober 1965 bertugas sebagai penculik Mayjen MT Haryono, menceritakan kembali kejadian pagi itu di Lubang Buaya.

Boengkoes mengaku menyaksikan seorang perwira muda yang diinterogasi di Lubang Buaya.

Boengkoes melihat luapan kemarahan para Pemuda Rakyat yang telah menyadari bahwa mereka telah salah menangkap orang selain sasaran sesungguhnya, yaitu Jenderal Nasution.

Wajah Pierre Tendean yang "bule" menjadi penyebab kesadaran akan kekeliruan mereka tersebut.

Sadar akan kesalahan yang telah keliru mengenali Pierre Tendean sebagai Jenderal Nasution membuat para penculik semakin marah.

"Oh, ini si Londo yang mengaku-aku Jenderal Nasution,” teriak mereka histeris.

Baca Juga: Bikin Bocil Terkejut dengan Resep Ini, Cemilan dari Roti Tawar dan Pop Ice yang Super Enak dan Lezat Rasanya!

Wajah kebarat-baratan itu jugalah yang membuat mereka semakin beringas. "Londo keturunan penjajah tidak tahu diri, telah menjajah kita berpuluh-puluh tahun, membuat kita menderita,” buru mereka dengan penuh nafsu kebencian sambil menghujani perwira muda tersebut, yang tidak lain adalah Pierre Tendean dengan pukulan-pukulan senjata.

Boengkoes juga sempat mendengar adanya beberapa ancaman penyiksaan kepada Pierre untuk memberitahukan posisi Nasution.

Boengkoes tidak mendengar jawaban Pierre, namun dengan kemarahan massa seperti itu, apapun yang dikatakan Pierre Tendean tidak akan berpengaruh banyak terhadap nasibnya.

Penculik telah menyadari bahwa Pierre adalah korban salah culik. Tetapi tetap saja Pierre mereka bunuh sebagai tumbal kesalahan mereka.

5. Pierre Ditembak dari Jarak Dekat Berkali-kali

Salah seorang pelaku yang ikut menyiksa dan membunuh Pierre ialah Kodik, orang yang mengaku sebagai pegawai percetakan negara.

Bersama dua kawannya Kodik mengaku melepaskan tembakan kepada Pierre Tendean yang sudah tidak berdaya, dari jarak dekat, sekitar 2 meter.

Baca Juga: Roti Tawar Dibikin Ini Hasilnya Mewah dan Enak, Resep Puding Lapis Perancis, Cocok Jadi Isian Snack Box

Anggota Cakrabirawa prajurit satu Supandi dalam kesaksiannya di Mahkamah Militer Luar Biasa mengaku bahwa dirinya telah melihat Pierre Tendean diperintahkan jongkok, dan empat kali ditembak.

Disinilah Pierre yang sudah kepayahan akhirnya ambruk ke depan.

Konon ada pasukan pemberontak yang melihat Pierre masih bernafas, lalu salah seorang dari mereka menembak tepat di tengkuk Pierre yang membuat sang ajudan itu tewas seketika itu juga.

Menurut pengakuan komandan Cakrabirawa, yang menarik pelatuk senjata dan mengakhiri hidup Pierre adalah seorang anggota pemuda rakyat bernama Robertus Cukardi.

Namun, pengakuan berbeda disampaikan oleh Mayor Udara Gatot Sukrisno yang mengakhiri hidup Pierre adalah anggota Cakrabirawa yang bernama Jahuruk.

Meskipun secara kepangkatan Gatot jauh lebih tinggi dari Jahuruk yang hanya berpangkat Pembantu Letnan dua, tapi pada saat itu pasukan Cakrabirawa lebih memiliki kekuasaan, sehingga Gatot kalah pengaruh dari Jahuruk.

Menurut keterangan Gatot, Pierre lah yang paling gigih melawan, dalam keadaan jatuh tersungkur, Pierre ditembak tengkuk kepalanya oleh Jahuruk, karena Jahuruk merasa bertanggung jawab atas kegagalan pasukan yang ia pimpin dalam mendapatkan jenderal Nasution.

Pierre Tendean dengan badan yang telah berlumuran darah diseret ke sumur dan dimasukkan ke dalam sumur tua itu dengan tangan yang masih terikat ke belakang, dengan posisi kepala terlebih dahulu.

Setelah Pierre dilempar masuk, mereka kembali memberondongkan tembakan ke dalam sumur sempit tersebut. ***

Editor: Klara Delviyana

Sumber: YouTube Intel Melayu

Tags

Terkini

Terpopuler