Cerita Sumantri dan Sukosrono, Kisah Klasik yang Mengharukan

28 Agustus 2022, 18:17 WIB
Cerita Sumantri dan Sukosrono, alur mengikuti kisah kerajaan Maespati dan Rahwono /WordPress/Wayang

BERITASUKOHARJO.com - Kita orang Indonesia mewarisi banyak sekali warisan budaya tak benda. Seni sastra, seni tari, seni musik, seni pahat, seni arsitektur, seni kriya, seni bela diri, seni sungging, seni teater, dan lain sebagainya.

Dalam bidang seni sastra, leluhur kita tidak hanya menerjemahkan karya asing tapi juga menulis cerita sendiri, contohnya adalah Cerita Sumantri dan Sukosrono. Selain itu, ada juga karya leluhur yang memakai setting Mahabarata dan Ramayana.

Kita mewarisi seni wayang yang adi luhung. Tidak heran seni ini mendapat anugerah dari UNESCO sebagai ‘intangible cultural heritage’ alias warisan budaya tak benda.

Dalam khazanah cerita wayang ada cerita Sumantri dan Sukosrono. Cerita ini sangat terkenal di kalangan penggemar budaya Jawa, khususnya pecinta seni wayang.

Baca Juga: Resep Roti Empuk Super Lembut Meski Tanpa Telur, Tanpa Mixer, dan Tanpa Ulen, Cuma Pakai Bahan Ekonomis Ini!

Ada beberapa lakon yang dikembangkan berdasarkan cerita ini. Sumantri ngenger dan Sumantri gugur adalah dua lakon paling terkenal. Bagaimana alur ceritanya? Simak, yuk.

Di pertapaan Argasekar tinggal seorang pendeta sakti mandraguna bernamanya Resi Suwandageni. Dia memiliki dua orang anak laki-laki. Anak pertama dinamai Sumantri. Anak kedua diberi nama Sukosrono.

Sumantri adalah tumbuh menjadi seorang satria yang cerdas, tampan dan gagah. Sedangkan Sukosrono adalah seorang raksasa kerdil. Tampangnya seperti buto (raksasa) yang sangar tapi badannya cebol (kerdil). Meskipun demikian sifatnya baik.

Keduanya dididik oleh Resi Suwandageni dengan baik sehingga mereka memiliki kesaktian dan berbagai macam keterampilan. Sifat sifat mereka juga baik.

Sumantri sangat sayang kepada adiknya. Ke mana-mana adiknya selalu digendong. Sukosrono juga sangat menyayangi dan menghormati kakaknya.

Setelah Sumantri dewasa ayahnya memintanya mengabdi kepada seorang raja bernama Prabu Harjuno Sosrobahu yang tinggal di negeri Maespati.

Ketika pagi masih gelap dan Sukosrono masih tidur pulas, Sumantri sudah berjalan menuju ke Maespati.

Tatkala Sukosrono bangun dia mencari kakaknya ke mana-mana sambil menangis dan memanggil nama Sumantri. Sampai beberapa hari Sukosrono masih mencari dan menangisi kepergian kakaknya.

Sumantri diterima bekerja pada raja tapi diberi syarat berat. Dia harus mewakili Prabu Harjuno Sosrobahu untuk mengikuti sayembara di negeri Magada.

Baca Juga: Resep Olahan Singkong Super Simple dan Cantik, Cemilan Enak nan Legit yang Cocok Jadi Isian Snack Box

Saat itu Prabu Citrawijaya sedang mengadakan sayembara perang untuk mencari suami untuk anaknya, Dewi Citrawati.

Sang Dewi sudah terkenal cerdas dan cantik jelita. Tidak heran kalau raja dari seribu negara datang untuk ambil bagian dalam sayembara tersebut.

Dimulailah pertandingan adu kesaktian antar para raja dan ksatria. Dalam beberapa hari mereka melakukan pertandingan adu kesaktian dengan sangat seru.

Tidak sia-sia Resi Suwandageni menempa Sumantri dengan berbagai macam ilmu kesaktian. Satu per satu raja dan ksatria roboh di tangan Sumantri.

Akhirnya, ternyata raja dari seribu negara tersebut tidak ada yang mampu menandingi kesaktian Sumantri. Semuanya jatuh terkalahkan oleh Sumantri.

Maka, Sumantri berhak memboyong pulang Dewi Citrawati ke Maespati. Tapi kemenangan spektakulernya itu ternyata menimbulkan rasa takabur di dada Sumantri.

Sesampainya di Maespati dia tidak langsung menyerahkan Dewi Citrawati kepada Prabu Harjuno Sosrobahu. Dia malah menyampaikan tantangan kepada sang raja. Dia ingin menguji kesaktian sang Prabu.

Prabu Harjuno Sosrobahu bersedia meladeni tantangan Sumantri. Maka, di alun alun Maespati diselenggarakan perang tanding antara Sumantri dengan Prabu Harjuno Sosrobahu.

Awalnya pertarungan itu seru dan seimbang. Keduanya sama sama sakti mandraguna. Berbagai macam ilmu kesaktian dikeluarkan tapi masih saja seimbang. Akhirnya Sumantri mengeluarkan panah andalannya, Cakra.

Habislah kesabaran sang raja. Prabu Harjuno Sosrobahu segera tiwikromo. Dia menjadi seorang raksasa sebesar tujuh gunung.

Baca Juga: Olah Tape dengan Resep Ini, Jadi Cemilan Enak, Creamy dan Wangi, Bisa untuk Ide Jualan Kekinian Ramai Pembeli

Konon hanya titisan Wisnu saja yang memiliki ilmu ini. Tentu saja Sumantri yang ibarat anak kemarin sore kewalahan dalam menghadapi sang Prabu dengan ilmu pamungkasnya.

Sumantri takluk dan meminta maaf serta berjanji setia akan mengabdi kepada sang Prabu Harjuno Sosrobahu. Sang raja yang arif bijaksana memaafkannya.

Sumantri diterima menjadi salah satu perwiranya. Tugas berat berikutnya sudah menunggu. Sang Harjuno Sosrobahu memerintahkannya untuk memindahkan Taman Sriwedari dari Kahyangan Untarasegara ke Kerajaan Maespati.

Kali ini Sumantri menemui jalan buntu. Semua ilmunya sia-sia. Tidak ada ilmunya yang bisa dipakai mengatasi masalah tersebut.

Di saat menemui jalan buntu, Sumantri pulang ke padepokan ayahnya. Dia menyampaikan masalah pelik yang dihadapinya.

Resi Suwandageni dengan tenang berkata bahwa Sukosrono bisa membantu memecahkan masalahnya. Sumantri terkejut lalu bertanya ke Sukosrono.

Tuhan memang adil. Adiknya ini meskipun diberi fisik tidak sempurna, dia diberi kesaktian yang lebih oleh Tuhan. Sukosrono menjawab dia mampu memindahkan Taman Sriwedari dalam sekejap mata.

Tapi dia memberi syarat. Dia tidak mau ditinggal lagi. Dia ingin bersama Sumantri selamanya. Sumantri lantas menyanggupi.

Beberapa hari kemudian Sumantri kembali ke Maespati bersama Sukosrono. Di malam hari yang gelap gulita Sukosrono memohon kepada Tuhan dan dalam sekejap mata terdengar suara gemuruh ketika Taman Sriwedari pindah ke depan istana Mespati.

Esok harinya, Prabu Harjuno Sasrobahu mengajak Dewi Citrawati dan para istrinya berjalan-jalan menikmati keindahan Taman Sriwedari. Sumantri dan bala tentara Maespati siap mengamankan.

Baca Juga: Resep Kulit Pangsit Halus Elastis Tak Mudah Sobek, Hanya 3 Bahan Tanpa Telur dan Mesin, Tak Usah Beli Lagi!

Sukosrono yang takjub melihat kemegahan rombongan para bangsawan lupa tidak menyembunyikan dirinya di semak belukar.

Dia maju berdiri di pinggir jalan. Ketika para putri melihatnya serentak mereka menjerit ketakutan.

Sumantri segera mendekati Sukosrono. Dia membujuk Sukosrono untuk menjauh agar tidak menakuti para putri. Tapi Sukosrono tidak mau. Dia ingin bersama Sumantri.

Sumantri lalu menakuti adiknya dengan menodongkan panah. Sukosrono tetap tidak mau.

Tangan Sumantri yang memegang anak panah berkeringat lalu tidak sengaja panah saktinya lepas mengenai Sikosrono. Tewaslah Sukosrono di tangan kakaknya sendiri yang sangat disayanginya.

Sumantri menangisi kepergian adiknya. Tapi semuanya sudah terlambat. Sukosrono sudah pergi.

Mendadak Sumantri mendengar suara Sukosrono di langit. Dia merasa sedih atas perbuatan Sumantri. Tapi dia masih menyayangi Sumantri.

Baca Juga: Olahan Pisang Jadi Cemilan Enak, Manis dan Renyah, Resep Kreasi Baru Cocok Jadi Ide Jualan yang Menguntungkan

Maka kelak dia akan menjemput Sumantri di hari kematiannya. Ketika ada seorang raja raksasa menyerang, di situlah saatnya Sukosrono akan menjemput.

Beberapa tahun sudah berlalu sejak kejadian itu. Sumantri sudah menjadi patih di Maespati dengan nama Patih Suwondogeni.

Suatu hari, Dewi Citrawati ingin berenang si sungai. Prabu Harjuno Sosrobahu lantas tiwikormo menjadi raksasa untuk membendung sungai Gangga agar tercipta telaga. Ternyata airnya membanjiri Alengko, Kerajaan Rahwono.

Sang raja raksasa marah lalu mendatangi tempat pemandian itu. Sumantri yang menghadapi kemarahan sang raja raksasa. Adu mulut berubah menjadi perkelahian. Awalnya kesaktian mereka berimbang.

Rahwono dan Sumantri sama-sama sakti. Saat itulah roh Sukosrono datang menjemput kakaknya. Dia merasuki Rahwono dan membuatnya sangat sakti. Sumantri tedesak terus dan akhirnya tewas di tangan Rahwono.

Roh Sukosrono menggandeng Sumantri bersama-sama pulang ke alam kelanggengan. Demikianlah alur cerita Sumantri dan Sukosrono yang mengharukan.***

Editor: Risqi Nurtyas Sri Wikanti

Sumber: senawangi.org

Tags

Terkini

Terpopuler