Jadi Kota Terpanas di Dunia, Perempuan di Jacobabad, Pakistan Tanggung Dampak Lebih Besar dari Perubahan Iklim

14 Juni 2022, 17:09 WIB
Ilustrasi kota terpanas di dunia, Jacobabad, Pakistan /pixabay.com/jplenio

BERITASUKOHARJO.com - Kota Jacobabad, Pakistan merupakan salah satu kota terpanas di dunia dengan suhu mencapai 51 derajat celcius.

Beberapa negara di Asia Selatan telah mengalami suhu panas yang tidak sesuai dengan musimnya selama beberapa tahun terakhir.

Peningkatan gelombang panas ekstrim yang menerpa Pakistan dan India pada bulan April 2022 berpotensi 30 kali lipat terjadi akibat perubahan iklim.

Diketahui suhu global telah meningkat sebesar 1.2 derajat celcius sejak masa pra-industri. Dengan semakin tingginya suhu global, kemungkinan besar terjadinya gelombang panas akan semakin meningkat.

Baca Juga: Lirik Lagu For Youth oleh BTS, Salah Satu Lagu yang Paling Disukai ARMY di Album Proof

Suhu di Jacobabad mencapai 51 derajat celcius pada 14 Mei 2022, hal ini sangat tidak biasa terjadi pada waktu tersebut.

Adanya suhu yang ekstrim ini sangat berdampak pada warga di Kota Jacobabad, terutama perempuan.

Dilansir dari Reuters oleh BeritaSukoharjo.com, jumlah kelahiran mati dan kelahiran prematur meningkat 5 persen pada setiap kenaikan suhu sebesar 1 derajat celcius.

Menurut sebuah analisis, perempuan hamil yang terpapar panas untuk waktu yang lama beresiko lebih tinggi menderita komplikasi.

Baca Juga: Inilah Deretan Film Korea yang Sukses dan Peroleh Penghasilan Tertinggi Sepanjang Masa, Ada Parasite

Perempuan di negara-negara miskin sangat rentan terhadap dampak dari kenaikan suhu global karena banyak dari mereka harus bekerja saat masa kehamilan mereka dan kembali bekerja sesaat setelah masa kehamilan mereka berakhir.

Sejumlah perempuan di Jacobabad bekerja di ladang melon. Pekerjaan dimulai dari pukul enam pagi hingga matahari terbenam, dengan waktu istirahat di siang hari untuk melakukan pekerjaan rumah sebelum kembali bekerja.

Banyak di antaranya mengeluhkan nyeri kaki, beberapa tidak sadarkan diri, dan ketidaknyamanan saat menyusui.

Baca Juga: BTS Comeback dengan Album Proof, Ini Alasan ARMY Sangat Suka dan Antusias

Perempuan di Pakistan pada umumnya juga melakukan pekerjaan rumah termasuk memasak untuk keluarga mereka.

Pada umumnya perempuan Pakistan masih memasak dengan menggunakan kompor panas atau api yang terbuka di ruangan sempit dan tidak berventilasi atau pendingin.

Kemiskinan yang meluas dan seringnya dilakukan pemadaman listrik membuat banyak orang tidak mampu membeli atau menggunakan AC atau bahkan kipas angin. Suhu yang ekstrim ini telah memakan korban jiwa. 

Baca Juga: Lirik Lagu Anything You Want - Reality Club, Cocok Diputar di Acara Pernikahan

Nazia, seorang ibu yang saat itu sedang menyiapkan makan siang untuk saudaranya yang berkunjung mengalami pingsan. Ia kemudian dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal, diduga terkena serangan panas. 

Untuk mengatasi hal ini para ahli merekomendasikan beberapa strategi. 

Saran yang diberikan adalah dengan mengganti kompor api dengan kompor yang bersumber dari energi bersih. 

Selain itu, jug disarankan untuk menyediakan layanan medis dan sosial untuk wanita selama waktu pagi atau sore hari ketika suhu lebih dingin dan mengganti atap seng dengan bahan yang lebih dingin berwarna putih untuk memantulkan radiasi matahari dari rumah.

Baca Juga: Sempat Nonaktifkan Instagram, Zara Muncul dengan 'Pelukan Terakhir untuk Kak Eril': Sampai Jumpa Segera

Sheery Rehman, Menteri Perubahan Iklim Pakistan mengatakan bahwa perempuan kemungkinan besar menanggung beban kenaikan suhu dan perlu adanya kebijakan perubahan iklim untuk mengatasi kebutuhan khusus perempuan di masa depan.

“Sebuah megatren seperti perubahan iklim menimbulkan ancaman signifikan terhadap kesejahteraan perempuan yang tidak berdaya di daerah pedesaan dan daerah kumuh perkotaan. Perempuan Pakistan, terutama kelompok marginal, akan paling terkena dampaknya,” ucapnya.***

Editor: Inung R Sulistyo

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler