Perang serumpun, Kasus Rusia versus Ukraina dan Kawasan Asia Timur

26 April 2022, 11:49 WIB
Demo perang Rusia Ukraina /Photo by dea piretadea

BERITASUKOHARJO.com  Perang serumpun antara Rusia versus Ukraina mengagetkan banyak orang. Persamaan budaya dan bahasa mestinya memudahkan komunikasi sehingga mengarah ke terciptanya hubungan baik.


Tapi ternyata tidak selalu demikian kasusnya. Ada beberapa bangsa serumpun yang tidak akur bahkan terjadi perang serumpun. Seperti dalam kasus Rusia versus Ukraina.


Ada faktor lain yang memengaruhi hubungan antar bangsa dan antar negara jadi baik atau sebaliknya, sehingga terjadi perang serumpun. Mari kita lihat fakta berikut dalam kasus Rusia versus Ukraina.


Sebenarnya Rusia dan Ukraina adalah sesama bangsa Slav. Bahasa mereka sangat mirip, hurufnya juga mirip meskipun ada bedanya juga.


Mereka bisa saling mengerti paling tidak enampuluh persen. Mereka mewarisi bahasa dan budaya yang hampir sama seperti Indonesia dan Malaysia.


Nama nama mereka juga mirip meskipun tidak sama persis. Nama Rusia Vladimir misalnya di Ukraina diucapkan Volodimir.

Baca Juga: Amerika dan Para Sekutunya Desak Rusia Beri Akses Aman Pengungsi Ukraina


Ukraina dulu adalah bagian Uni Soviet yang didominasi Rusia. Sampai sekarang Rusia masih merasa sebagai big brother di seluruh wilayah bekas Uni Soviet.


Kawasan itu adalah kawasan pengaruhnya dan buffer states (negara penyangga) nya. Ekspansi NATO yang sejak awal berdirinya memang diniatkan untuk menandingi blok timur tentu dianggap Rusia sebagai ancaman serius.


Apalagi Nato akan merekrut Ukraina sebagai anggotanya. Apalagi biasanya pasukan NATO ditempatkan di negara anggotanya lengkap dengan rudalnya.


Tindakan itu tidak bisa diterima oleh Rusia karena merupakan ancaman nyata terhadap keamanannya. Itulah sebabnya Rusia menyerang duluan. Itulah faktor utamanya.


Ancaman militer itu tidak bisa ditoleransi oleh Rusia. Maka tanpa peringatan Vladimir Putin menyerang Ukraina.


Selain Rusia versus Ukraina ada lagi beberapa kawasan lain yang juga menyimpan bara api. Di Asia timur ada semenanjung Korea, dan Cina versus Taiwan.


Di Asia Tenggara ada kasus Indonesia dengan Malaysia yang hubungannya sering panas dingin.


Dulu Cina sangat menderita karena dijajah banyak negara. Kekaisaran tidak mampu membebaskan rakyatnya dari penderitaan. Maka di awal abad 20 muncullah gerakan politik untuk memperjuangkan kemerdekaan.


Gerakan nasionalis di bawah pimpinan Chiang Kai Shek berhasil menggalang kekuatan yang signifikan untuk mengusir penjajah.


Mao Zedong juga berhasil membangun partai komunis dengan tujuan yang sama. Mereka melawan pendudukan Jepang secara politik dan militer.


Akhirnya gerakan mereka berhasil ketika Jepang kalah dalam PD II. Tapi kedua kekuatan politik itu tidak akur.


Terjadi perang saudara memperebutkan kekuasaan. Di tahun 1949 akhirnya perang saudara dimenangi oleh Mao.


Partai nasionalis lantas menyingkir ke pulau Taiwan dan mendirikan negara sendiri, tidak tunduk di bawah kekuasaan pemerintah Beijing.


Tindakan itu dianggap makar oleh pemerintah Beijing. Mereka mengklaim Taiwan adalah wilayah Cina. Taiwan diangap sebagai propinsi yang memberontak.


Sejak itu hubungan kedua pemerintah selalu panas. Meskipun hubungan antar rakyat tidak ada masalah.


Setelah Chiang Kai Shek meninggal di tahun 1975 hubungan kedua pemerintah tetap tidak harmonis.

Akhir akhir ini hubungan mereka semangkin panas sehingga masyarakat internasional kuatir akan ada serangan militer ke Taiwan.


Perang serumpun Rusia dan Ukraina dan hubungan Cina dengan Taiwan tetap menjadi masalah internasional sampai hari ini.
***

Editor: Bambang Udoyono

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler