Dilansir BeritaSukoharjo.com dari Jurnal Penelitian yang dilakukan oleh Jang, Hyunsoo, Jisu Lee, Misook Kim, Inyong Kim, dan Jung-Heun Ha (2023) makanan ini awalnya berasal dari China pada abad 14 - 16 yang dihidangkan sebagai sup dengan menambahkan daging domba lalu didinginkan menjadi seperti agar-agar.
Baca Juga: JANGAN LANGSUNG DIBUANG! Ini 5 Kerajinan dari Limbah Barang Bekas yang Bisa Jadi Ide Peluang Bisnis
Ketika Yanggaeng diperkenalkan ke Jepang, agama Buddha Zen (agama nasional pada periode Kamakura dan Muromachi) menghindari produk hewani sehingga daging domba diganti dengan kacang merah.
Sejak saat itu, Yanggaeng telah berkembang sebagai makanan penutup dengan teh tradisional Jepang.
Yanggaeng adalah nama makanan ini di Korea. Orang Jepang menyebutnya wagashi (わがし; 和菓) atau yokan, dan orang Cina menyebutnya yageng ("yang" dan "geng" masing-masing berarti domba [羊] dan sup kental [羹]).
Baca Juga: SEGERA LAKUKAN! 5 Kebaikan yang Tidak Bisa Dibalas dengan Uang, Membuat Orang Senang dengan Anda!
“Comfort Food” di Musim Dingin
Mengutip dari laman Korea Herald kacang merah menjadi bahan makanan yang pertama dipikirkan oleh orang Korea Selatan jika membahas makanan yang hangat saat mulai memasuki musim dingin.
Kota Dongji, daerah dengan waktu siang hari terpendek, orang Korea secara tradisional menyantap patjuk atau bubur kacang merah.
Menurut cerita rakyat Korea, malam yang panjang di Dongji membangunkan roh-roh jahat dan kacang merah dapat mengusir mereka.